Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak buruh bernyanyi dangdut bersama di tengah aksi demo menolak Omnibus Law UU Ciptaker di depan Kantor Gubernur dan DPRD Jawa Tengah Jalan Pahlawan Semarang, Senin (12/10)
Ajakan Ganjar ini disampaikan saat dirinya diminta massa buruh untuk naik di mobil orasi. Ganjar menganggap ajakan tersebut sebagai bentuk apresiasi atas berjalannya demo dengan menjalankan protokol kesehatan.
"Sing iso nyanyi dangdut sopo, maju mrene (yang bisa bernyanyi dangdut siapa, silakan maju ke sini). Saya terima kasih sekali atas aksi demo yang damai dan menjalankan protokol kesehatan yakni pakai masker dan berusaha berjarak. Meski susah ya, kalau tidak berkerumun. Tapi ini saya apresiasi dan terima kasih sekali, rekan-rekan buruh bisa tertib," kata Ganjar di atas mobil orasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam orasinya, Ganjar mengaku memahami aspirasi para buruh dalam menolak omnibus law UU Ciptaker. Meski demikian, Ganjar menyatakan belum dapat bersikap apa-apa ke Pemerintah Pusat karena pihaknya belum mendapatkan draf final dari RUU Cipta Kerja.
"Saya ini belum pernah lihat barangnya. Isinya juga bagaimana, belum tahu. Kemarin saya ngundang KSPSI juga mengaku belum tau. Jadi yang mau dirembug atau disikapi apa, lha wong sama-sama belum tau. Tapi saya tadi pagi sudah pertemuan dan sekarang saya buka Posko di Dinas Tenaga Kerja, silakan sampaikan keberatan apa saja terkait UU Cipta Kerja. Baru kemudian nanti kita sikapi," terang Ganjar.
Ketua KSPN Jawa Tengah Nanang Setyono menjelaskan pihaknya akan menempuh judicial review atau uji materi ke Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai simbol perlawanan buruh. Nanang juga mengaku menghindari aksi demo pada tanggal 6 hingga 8 Oktober 2020 karena khawatir untuk ditunggangi.
"Sikap kita jelas. Lawan Omnibus Law. Tapi pakai cara judicial review ke MK. Kalau demo turun ke jalan, ya hari ini, itupun massa terbatas. Kita memang hindari aksi pada 6 hingga 8 Oktober karena kita tidak ingin ditunggangi jadi anarkis," tambah Nanang.
(dmr/gil)