Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjawab pertanyaan berbagai pihak yang menyebut dirinya tak lagi bersuara lantang setelah masuk kabinet Presiden Jokowi sebagai menteri pertahanan
Prabowo mengungkapkan bahwa sikap kalemnya saat ini terkait dengan kepemimpinan, yakni bagaimana seorang pemimpin bermain peran di dalam suatu keadaan.
"Jadi begini, kita sebagai pemimpin kita harus mengerti dan harus tahu peran apa di saat apa dengan cara apa. Jadi itu kita harus pandai untuk memilih tetapi nilai-nilai tidak berubah," kata Prabowo dalam sebuah wawancara milik Partai Gerindra yang diakses CNNIndonesia.com, Senin (12/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak menjabat Menteri Pertahanan Prabowo memang jarang buka suara, apalagi berkomentar 'pedas' dan 'miring' terhadap kebijakan pemerintah. Sikap itu berbeda ketika Prabowo dan partainya masih menjadi oposisi.
Meski tak selantang saat menjadi Capres 2019 lalu, Prabowo menyatakan tetap ingin menegakkan kedaulatan dan mewujudkan negara yang aman, adil dan makmur.
Setelah Pipres, Prabowo mengakui bahwa untuk melanjutkan cita-citanya itu diperlukan Indonesia yang kuat dengan berdasarkan ketenangan dan stabilitas. Syarat menciptakan ketenangan dan stabilitas, kata Prabowo, harus ada persatuan antara dua kubu yang sempat berseberangan.
"Jadi waktu itu saya demi kepentingan nasional dan keyakinan saya bahwa saya bisa kerja sama dengan Pak Jokowi. Saya kenal beliau lama, kita rival tapi Anda perhatikan dalam debat pun kita saling menghormati," kata dia.
Dia juga menyadari banyak pendukungnya yang merasa kecewa atas pilihannya bergabung dengan Jokowi sebagai Menteri Pertahanan. Namun, Prabowo menyatakan tak ada yang bisa mendiktenya.
"Ada berapa pendukung saya yang sempat kecewa sama saya. Kenapa bapak, tapi pribadi saya seperti itu 'jangan kamu dikte saya', Saya memang banyak orang anggap saya keras tapi saya juga merasa bahwa pemimpin harus memberi citra kesejukan," kata dia.
(tst/wis)