Kisah Orang Tua Jemput Pelajar Pedemo: Bahan Pelajaran Anak

CNN Indonesia
Rabu, 14 Okt 2020 18:28 WIB
Suasana haru menyelimuti penjemputan remaja yang ditangkap di Polda Metro Jaya usai unjuk rasa Omnibus Law oleh orang tuanya.
Satu per satu orang tua menjemput anaknya yang ditangkap polisi terkait demo menolak Omnibus Law, Rabu (14/10). (Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia --

Puluhan orang tua menatap dengan perasaan risau kepada para remaja yang tengah dijemur di lapangan sepak bola Polda Metro Jaya, Jakarta, dari luar pagar kawat, Rabu (14/10). Jumlahnya makin banyak jelang siang hari.

Di tengah lapangan, ratusan pemuda duduk berbaris teratur dengan jarak sekitar 1,5 meter dari yang lainnya. Beberapa di antaranya masih memegang kertas berisi tulisan tertentu. Saat itu, mereka tengah mendapat pembinaan hingga siraman rohani dari pihak Polda Metro Jaya.

Mereka adalah bagian dari 1.377 pemuda dan pelajar yang diamankan polisi di berbagai wilayah di sekitar Jakarta terkait unjuk rasa menolak Omnibus Law Cipta Kerja, pada Selasa (13/10). Para orang tua pun datang untuk menjemput para remaja itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu per satu orang tua datang ke pintu gerbang lapangan sepak bola itu usai melihat anaknya keluar lapangan setelah pendataan. Ada remaja yang sujud di kaki ibunya begitu keluar pagar, ada yang memeluk ayahnya sambil terisak, ada yang seluruh anggota keluarga yang menjemputnya tampak menangis tersedu sambil membawa pelajar itu pulang.

Salah satu orang tua pedemo, Siti, mengaku mendapat informasi bahwa anaknya ditangkap polisi usai mengikuti aksi demo 1310. Dia pun menangis mendengar kabar itu.

Kata Siti, anaknya ikut aksi demo karena diajak oleh temannya. Dalam demo yang digawangi oleh Aliansi Nasional Anti Komunis Negara Kesatuan Republik Indonesia (Anak NKRI) itu, anaknya datang bersama tiga temannya.

Suasana penjemputan massa aksi menolak pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja yang ditahan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu, 14 Oktober 2020. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan pihaknya telah mengamankan lebih dari 500 orang yang dia sebut sebagai massa anarko dari berbagai wilayah. CNN Indonesia/Bisma SeptalismaPara pelajar yang ditangkap terkait demo diberi pembinaan sebelum diserahkan kepada orang tua mereka. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

"Nah yang ngajak [demo] lolos, yang tiga, termasuk anak saya, ini ketangkep," kata Siti, di Polda Metro Jaya, Rabu (14/10).

Siti menyebut anaknya, yang tidak disebutkan identitasnya itu, sebelumnya tak pernah mengikuti aksi demo. Dia pun mengaku mengambil hikmah dari peristiwa ini. Dia pun meminta anaknya untuk mengambil pelajaran dari penangkapan ini.

"Ya kalau saya, ini buat pelajaran aja ke anaknya, udah ngerasain kayak gini, mau enggak entar ngulangin lagi?" tutur dia.

Sementara itu, orang tua lainnya, Sarah, mengaku memiliki firasat tidak baik terkait keberadaan anaknya. Dia lantas berinisiatif untuk mencari keberadaan anaknya di Polda Metro Jaya. Benar saja, anaknya memang berada di sana.

"Ini aja perasaan, insting anak ke mana orang dia kerjanya keliling Jakarta. Makanya saya ke sini, ada anaknya, langsung ketemu," ujar dia.

Sarah menceritakan dirinya tak mengalami kesulitan untuk menjemput dan membawa anaknya pulang. Dia menuturkan kepolisian hanya meminta untuk membuat surat pernyataan saja.

Suasana penjemputan massa aksi menolak pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja yang ditahan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu, 14 Oktober 2020. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan pihaknya telah mengamankan lebih dari 500 orang yang dia sebut sebagai massa anarko dari berbagai wilayah. CNN Indonesia/Bisma SeptalismaSuasana penjemputan massa aksi menolak pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja yang ditahan di Polda Metro Jaya, Jakarta. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

"Syaratnya surat, biar efek jera," katanya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus menyebut pihaknya mulai memulangkan pemuda dan pelajar yang diamankan dalam unjuk rasa menolak Omnibus Law Cipta Kerja yang berujung ricuh. Namun, pihaknya mewajibkan orang tua untuk datang menjemput.

"Kita ambil keterangan, siang ini sudah didata, sebagian besar sudah dipulangkan satu per satu, dengan syarat, harus orang tuanya yang mengambil," kata dia.

Pihaknya mewajibkan orang tua untuk datang untuk mendapat penjelasan langsung mengenai tindakan anaknya itu.

"Hampir setiap kali ditanya, orang tuanya rata-rata mengatakan tidak tahu anaknya melakukan seperti ini. Kita mengedukasi kepada para orang tua dan keluarganya agar sama-sama kita mengawasi anak-anak kita ini, harus kita awasi," kata Yusri.

Terpisah, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait meminta semua elemen masyarakat tidak mempolitisasi anak-anak dalam penolakan terhadap kebijakan tertentu.

Massa aksi menolak pengesahan omnibus law bentrok dengan aparat kepolisian di bundaran Patung Kuda, Jakarta, Selasa, 13 Oktober 2020. CNN Indonesia/Adhi WicaksonoMassa aksi menolak pengesahan omnibus law bentrok dengan aparat kepolisian di bundaran Patung Kuda, Jakarta, Selasa (13/10). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Pasalnya, banyak anak-anak di Jakarta, Makassar, Medan, Bandung, Pontianak, Pematangsiantar, hingga Batam yang diamankan mengaku dikerahkan melalui pesan berantai di media sosial. Mereka juga tidak tahu apa yang diperjuangkan.

"Sudah tidak terbantahkan lagi bahwa anak-anak sengaja dihadirkan dalam aksi demonstrasi untuk menolak UU Cipta Kerja untuk tujuan dan kepentingan kelompok tertentu," kata dia, dalam siaran persnya, dikutip dari Antara.

"Janganlah kita memanfaatkan anak untuk kepentingan politik," lanjut dia.

(dis/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER