Acara boyongan pedagang Klewer Timur yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menimbulkan kerumunan warga akibat rebutan gunungan, Jumat (16/10).
Ketua Umum Paguyuban Pasar Klewer Timur Sukarso menjelaskan pihaknya sudah berupaya meminimalisasi terjadinya kerumunan. Sedianya, gunungan pakaian itu dibagikan secara tertib dan tidak untuk diperebutkan.
"Itu memang sudah ada perjanjian untuk mematuhi protokol kesehatan. Tapi ya namanya manusia mungkin susah diatur," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boyongan pedagang untuk menandai selesainya pembangunan Pasar Klewer Timur. Acara tersebut dimeriahkan dengan iring-iringan kirab budaya. Pemkot sebenarnya sudah membatasi peserta kirab maksimal 70 orang.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, gunungan itu berupa lima bakul berisi BH yang digendong pedagang pasar dan dua bakul pakaian yang dibawa menggunakan becak. Selama berjalan, iring-iringan tertib menjaga jarak dan mengenakan masker.
![]() |
Karso mengatakan rencananya gunungan dibagi di dua titik untuk menghindari kerumunan. Satu gunungan dibagikan di depan pintu masuk pasar, sementara gunungan lain dibagikan di pelataran di atas bangunan pasar.
"Yang di depan pasar untuk masyarakat umum, yang di atas untuk tukang yang mengerjakan pembangunan Klewer Timur," katanya.
Awalnya, pembagian berjalan tertib. Meski berdesakan, warga dan para tukang berbaris dengan rapi menunggu giliran namanya dipanggil. Rebutan terjadi setelah salah satu warga diam-diam mengambil pakaian dari gunungan tersebut. Akibatnya, gunungan menjadi rebutan warga dan tukang.
Mereka mengabaikan panitia yang berulang kali mengingatkan jaga jarak melalui pengeras suara.
Karso mengaku tak terlalu khawatir kerumunan tersebut akan menyebabkan penularan Covid-19. Pasalnya, rebutan hanya diikuti oleh penghuni pasar.
"Jadi walaupun kerumunan, kita sudah setiap hari bersama. Kita juga tidak mengumumkan orang banyak untuk ikut acara ini. Ini tadi warga kita sendiri," katanya.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menganggap wajar jika kerumunan terjadi di pasar, apalagi saat ada kirab budaya. Ia justru menganggap rebutan gunungan sebagai sarana tolak bala.
![]() |
"Kalau ada kerumunan saya yakin tidak akan kena Covid-19. Itu kita lakukan supaya pedagang dan pembeli bebas dari bala. Dan itu tradisi jadi harus kita lakukan," katanya.
Ia juga mengapresiasi paguyuban pedagang pasar yang sudah berupaya mencegah terjadinya kerumunan.
"Tadi kan sebenarnya mau dibagi. Tapi ya itulah masyarakat Solo. Sabarnya belum sampai makanya rebutan," katanya.
(syd/arh)