Tepat tiga tahun Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memimpin ibu kota pada Jumat (16/10). Hujan mengguyur Jakarta sejak siang itu. Tak lama kemudian, puluhan rukun tetangga (RT) terendam banjir.
"30 RT terendam air dan 26 jalan terendam air," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta M. Insaf kepada CNNIndonesia.com, Jumat (16/10) malam.
Banjir merendam 30 RT dan tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Tercatat, ada 4 RT di Jakarta Selatan yang terendam banjir yakni di Bangka dengan ketinggian 10 sampai 70 cm. Di Petogogan dengan ketinggian 10 sampai 70 cm.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian di Jakarta Barat ada 21 RT yakni 4 RT di Srengseng, 3 RT di Sukabumi Utara, 3 RT di Kebon Jeruk dan 4 RT di Kedoya Selatan. Lalu, 1 RT di Duri Kepa, 1 RT di Sukabumi Selatan, 2 RT di Palmerah, 1 RT di Jelambar serta 2 RT di Tanjun Duren Utara.
"Ketinggiannya bervariasi mulai dari 10 cm sampai 150 cm. Ketinggian paling tinggi ada di Sukabumi Utara," katanya.
Di Jakarta Timur terdapat 1 RT yakni di Pulo Gadung dengan ketinggian 10 hingga 30 cm. Di Jakarta Utara terdapat 2 RT di Kebon Bawang dengan ketinggian 10-30 cm. Sementara di Jakarta Pusat terdiri dari 2 RT yakni di Johar Baru dan Cempaka Putih Barat.
Di sisi lain ada titik jalan tergenang di Jakarta Timur dengan ketinggian air rata-rata 10 sampai dengan 30 cm yakni di Jl. Tlk. Ambon No. A2 RT 13/RW 11, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jl. Pertanian Selatan RT 10/RW 03, Kelender, Duren Sawit, Jl. Galur Sari Timur, Utan Kayu Selatan, Matraman dan Jl. Pulo Mas 3, Kayu Putih, Kecamatan Pulo Gadung.
"Ada juga di Jl. Raya Penggilingan RT 01/RW 01, Cakung Barat, Cakung dan Jl. Bujana Tirta 4 No. 1C, RT 3/RW 15, Pisangan Timur, Kecamatan Pulo Gadung," katanya.
![]() |
Di Jakarta Selatan dengan ketinggian air rata-rata 10 sampai dengan 40 cm terdapat di Jl. Radio 1, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jl. Ciledug Raya RW 05 (Perempatan Seskoal), Cipulir, Kebayoran Lama, Jl. Lamandau No. 6 RT 06/RW 07, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jl. Cidodol Raya (Komplek Loka Permai), Grogol Selatan, Kebayoran Lama dan Jl. Sungai Sambas II No. 9 RT 1/RW 5, Kramat Pela, Kebayoran Baru.
Lalu di Jl. Perdatam Terusan, Ulujami, Pesanggrahan, Jl. Bintaro Permai II, Bintaro, Pesanggrahan, Jl. H. Amsar, Cipulir, Kebayoran Lama dan Jl. M. Saidi Riin 2 RT. 04/RW. 06, Petukangan Selatan, Pesanggrahan.
Di Jakarta Barat dengan ketinggian air rata-rata 10-50 cm di Jl. Adam Ujung RT 09/RW 05, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jl. G1 RT 1/RW 3, Slipi, Jl. Alpukat 3 RW 2, Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan. Ada juga di Jl. S. Parman, Tomang, Grogol Petamburan, Jl. Strategi Raya No.12, RT 1/RW 6, Joglo, Kec. Kembangan, Jl. Tanjung Duren Barat I, Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan.
"Air juga tergenang di Jl. Arjuna Selatan, RT 8/RW 11, Kel. Kebon Jeruk, Kec. Kebon Jeruk, Jl. Latumeten 1, RT 2/RW 5, Kel. Jelambar, Kec. Grogol Petamburan," ujarnya.
Terakhir di Jakarta Pusat dengan ketinggian air rata-rata 10 sampai dengan 15 cm di Jl. Administrasi II Pejompongan, Bendungan Hilir, Tanah Abang dan Jl. Kampung Rawa Sawah (Masjid Jami Babussalam), Johar Baru.
Sebelumnya, Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta menyatakan sudah mempersiapkan pompa air untuk menghadapi musim hujan. Kepala Dinas SDA DKI Jakarta Juaini Yusuf mengatakan 90 persen pompa di Jakarta berfungsi dengan baik.
"Untuk Pompa Stasioner, saat ini Dinas SDA memiliki 487 unit pompa stasioner yang tersebar di 178 lokasi. Kondisi Pompa Stasioner 90 persen dalam keadaan baik," kata Juaini, Senin (12/10).
Selain pompa, Juaini juga mengatakan pihaknya melakukan pengerukan sungai, waduk dan embung yang disebut dengan Gerebek Lumpur. Pengerukan ini sudah dilakukan di dua lokasi dengan mengerahkan hingga tiga kali lipat alat berat.
Pada tahap pertama telah dilaksanakan di Waduk Ria Rio, Jakarta Timur pada 21 September 2020 lalu, dengan menggunakan 15 unit ekskavator. Selanjutnya tahap kedua telah dilakukan di Kali Baru Barat segmen Jl. Dr Saharjo, Setiabudi, Jakarta Selatan pada 30 September 2020.
"Ini merupakan program berkelanjutan yang telah dilakukan sejak Maret 2020 dan akan berakhir pada Desember 2020. Program Gerebek Lumpur ini bertujuan untuk memaksimalkan daya tampung saluran dan kali, sehingga diharapkan dapat mencegah luapan air dari kali dan saluran ke permukiman warga," kata Juaini.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan tantangan banjir di Jakarta akan lebih kompleks karena menyesuaikan dengan pencegahan penularan pandemi Covid-19.
Anies pun menekankan pentingnya penanganan bencana banjir dengan mengedepankan protokol kesehatan agar banjirnya tertangani namun korban atau pengungsi tidak beresiko sakit.
"Kita ketahui bersama bahwa ada dua tantangan yang akan kita hadapi, Covid-19 dan banjir. Antisipasi korban banjir dalam kondisi Covid-19 sehingga jika kita terbiasa bangun tenda pengungsian dan evakuasi, maka kali ini dibuat lebih banyak tendanya supaya jumlah mereka yang berada di satu tenda itu mengikuti protokol kesehatan," katanya dalam situs resmi Pemprov DKI.
Anies juga berpesan agar seluruh petugas nantinya memegang tiga prinsip dasar penanganan bencana di Jakarta, yakni:
Pertama, Siaga dengan terus memantau potensi banjir dari berbagai sumber; Kedua, Tanggap dengan merespon cepat penanganan banjir, serta Ketiga, Menggalang seluruh kekuatan bersama-sama dengan institusi maupun masyarakat untuk menangani banjir.
"Banyak kejadian banjir ini justru kesempatan bagi masyarakat kita untuk gotong royong, kerja bersama," tegasnya.
(ctr/pmg)