Banjir terjadi di sejumlah wilayah Kota Bekasi dan perbatasan dengan Kabupaten Bogor, Jawa Barat akibat luapan Kali Bekasi pada Sabtu (24/10) malam hingga Minggu (25/10) dini hari WIB.
Wilayah-wilayah yang terendam banjir beberapa di antaranya Vila Jati Rasa, Vila Nusa Indah, Pondok Gede Permai, Kartini, Kemang Ifi, dan Teluk Pucung.
Melansir dari akun Twitter BPBD Kota Bekasi, @BpbdBekasikota, para relawan gabungan dikerahkan untuk mengevakuasi warga. Mereka pun bersiaga di daerah Pondok Mitra Lestari pagi ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, pada pukul 02.45 WIB, BPBD Bekasi mengabarkan mengenai banjir yang juga terjadi di kawasan perbatasan yakni Bojong Kulur, kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Mengutip dari detik.com, Kasi Rehabilitasi, Rekonstruksi BPBD Kota Bekasi, Hendra mengatakan hujan deras yang berada di hulu mengakibatkan Kali Bekasi tidak dapat menampung debit air.
"[Banjir akibat luapan] Kali Bekasi ini ada dua hulu, hulunya itu Cileungsi dan Cikeas. Kita ini pertemuan hulu Cileungsi dan Cikeas. Ini hujan di hulu jam 16.00 WIB sudah mulai naik tinggi muka air," katanya.
Ia menerangkan berdasarkan laporan, air mulai masuk ke permukiman warga pada pukul 23.30 WIB.
Sebelumnhya, pada Jumat (23/10) lalu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menginstruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten/kota mencari definisi, dampak, dan bagaimana merespons bencana hidrometeorologi karena La Nina.
"Jadi masyarakat sudah siap (saat fenomena La Nina hadir di Jabar). Terus tentunya karena ini tidak lazim, buat sejumlah skenario terburuknya seperti apa," kata pria yang karib disapa Emil itu saat memberi arahan kepada BPBD se-Jabar di Kabupaten Pangandaran, Jumat (23/10).
Emil pun meminta BPBD se-Jabar memperkuat koordinasi guna meningkatkan kesiapan sekaligus antisipasi bencana hidrometeorologi akibat fenomena La Nina.
"Jika La Nina berdampak di Jabar, antisipasi kita itu seperti apa. Misal mengungsi. Mengungsi ke mana, kapasitasnya berapa," ujarnya.
![]() |
La Nina merupakan anomali suhu muka air laut, di mana suhu di laut akan lebih dingin sampai bisa minus satu derajat celcius atau lebih. Dampaknya, terjadi peningkatan curah hujan.
"Saat ini, BPBD hanya merespons apabila bencana terjadi. Tapi, antisipasi juga perlu mendapatkan perhatian. Agar potensi kerugian akibat bencana bisa ditekan," ucapnya.
Emil mengatakan Pemprov Jabar pun menyiapkan cetak biru Jabar sebagai provinsi berbudaya tangguh bencana. Budaya Tangguh Bencana Jabar ini akan ditanamkan kepada seluruh warga melalui pendidikan sekolah sejak dini hingga pelatihan.
"Tidak ada kata terlambat. Cetak cetak biru Jabar sebagai provinsi berbudaya tangguh bencana bisa menjadi warisan buat anak cucu kita," kata Emil menambahkan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah merilis informasi yang menyatakan bahwa saat ini tengah terjadi fenomena La Nina di Samudera Pasifik dengan intensitas sedang (moderate).
Pemantauan BMKG terhadap indikator laut dan atmosfer menunjukkan suhu permukaan laut mendingin -0.5C hingga -1.5C selama 7 dasarian terakhir (70 hari), diikuti oleh dominasi aliran zonal angin timuran yang merepresentasikan penguatan angin pasat.
Bagi Indonesia, La Nina yang terjadi pada periode awal musim hujan ini berpotensi meningkatkan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah. Dampak La Nina terhadap curah hujan di Indonesia tidak seragam, baik secara spasial maupun temporal, bergantung pada: musim/bulan, wilayah, dan kekuatan La Nina sendiri.
Selain pengaruh sirkulasi angin monsun dan anomali iklim di Samudera Pasifik, penguatan curah hujan di Indonesia juga turut dipengaruhi oleh penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa gelombang MJO (Madden Julian Oscillation) dan Kelvin, atau dari timur ke barat berupa gelombang Rossby. Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya aktivitas MJO di atas wilayah Indonesia, yang merupakan kluster/kumpulan awan berpotensi hujan.
Aktifitas La Nina dan MJO pada saat yang bersamaan ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. (hyg)