Angka Testing Covid-19 Merosot, Satgas Klaim Laporan Tertunda

CNN Indonesia
Selasa, 03 Nov 2020 14:59 WIB
Satgas Covid-19 menyebut penurunan jumlah testing harian dikarenakan keterlambatan pengiriman data, bukan karena pemeriksaan spesimen yang menurun.
Warga mengikuti tes usap (swab test) Covid-19 di kawasan Pasar Keputran, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (17/9/2020). (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigjen TNI (Purn) Alexander Kaliaga Ginting menduga penurunan testing harian beberapa waktu belakangan karena ada laporan pemeriksaan spesimen Covid-19 yang belum terkirim ke Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan.

Alex menyebut laporan pemeriksaan bisa saja tertunda karena cut off time atau batas waktu pelaporan Covid-19 yang disampaikan ke Pusdatin hanya sampai pukul 12.00 WIB setiap harinya.

"Kita juga menduga spesimen tertunda pemeriksaannya karena cut off kita ini jam 12 siang, jadi tertunda laporannya, bukan sampel spesimennya tidak terkirim, tapi laporannya yang tertunda," kata Alex dalam webinar 'Workshop Aplikasi Pelacakan Kontak', Selasa (3/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, pihak laboratorium dan petugas kesehatan tidak melonggarkan pemeriksaan karena masa libur panjang, mereka tetap melakukan pemeriksaan spesimen.

Alex menjelaskan ada beberapa petugas kesehatan di laboratorium yang memeriksa spesimen, ada juru analis, ada petugas pencatat data, dan ada petugas yang memberikan pelaporan data ke pusat. Seluruhnya terintegrasi dan tetap bekerja selama masa liburan.

Sehingga penurunan jumlah testing harian dikarenakan ada keterlambatan pengiriman data, bukan karena pemeriksaan spesimen yang menurun.

"Memang benar, ada sejumlah lab yang belum melaporkan [data]. Dugaan kita di sini adalah bahwa jumlah pemeriksaan secara administrasi belum mereka rekap, atau setelah rekap ada pending pengiriman dari lab ke pusat data all record," tutur Alex.

Staf Khusus Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto ini juga mengatakan perlu hati-hati untuk bisa menilai lonjakan kasus akibat libur panjang. Pasalnya, gejala infeksi Covid-19 ke tubuh manusia terjadi setelah 7-10 hari.

Jika ada lonjakan pada beberapa hari mendatang, menurutnya, belum tentu diakibatkan periode liburan panjang. Karena gejala yang dirasakan baru akan timbul setelah 7 hari masa liburan, yakni sekitar 7 atau 8 November.

"Yang paling penting, apakah dampak libur panjang akan ada penambahan kasus, ini baru bisa kita lihat seminggu ke depan, karena masa inkubasi virus di tubuh selama 7-10 hari," katanya.

Berdasarkan data harian Satgas Covid-19, jumlah testing dalam seharinya masih berkisar pada angka 20 ribu orang dalam sehari. Pada momen libur panjang dan cuti bersama, pengetesan bahkan hanya dilakukan pada 17 ribu orang dalam sehari. 

Rinciannya pada 28 Oktober, jumlah yang testing sebanyak 27.344 orang, 29 Oktober 25.393 orang, 30 Oktober 23.278 orang, 31 Oktober 27.459 orang, 1 November  17.971, dan 2 November 20.146. 

Padahal jika merujuk pada anjuran testing Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah 1.000/1 juta penduduk dalam sepekan. Dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia 267 juta jiwa, maka idealnya testing Indonesia sebanyak 267 ribu per pekan, sehingga rata-rata testing harian minimal 38 ribu sehari.

(mln/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER