Ahli: Teknologi Dorong Percepatan Penemuan Vaksin Covid-19

Satgas Covid-19 | CNN Indonesia
Selasa, 10 Nov 2020 11:45 WIB
Ahli Virologi menyatakan kemajuan teknologi saat ini bisa mempercepat proses penemuan vaksin Covid-19.
Ahli Virologi menyatakan kemajuan teknologi saat ini bisa mempercepat proses penemuan vaksin Covid-19. (Foto: AP/John Cairns)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kemajuan teknologi telah berkontribusi meningkatkan kecepatan penemuan vaksin. Kemajuan itu pulalah yang turut membantu meningkatkan kecepatan proses pengembangan vaksin untuk mengatasi pandemi Covid-19.

Ahli Virologi Universitas Udayana Ngurah Mahardika mengatakan pada zaman dahulu sebelum teknologi berkembang seperti saat ini, proses pembuatan vaksin bisa sangat lama. Zaman dahulu, jelasnya, perlu waktu lama hanya untuk menemukan bibit vaksin. Zaman sekarang, proses untuk menemukan bibit vaksin hanya mmerlukan waktu 1 - 2 bulan saja.

Begitu pula untuk ketersediaan agen vaksin. Proses pembuatan vaksin pada zaman dahulu harus mendapatkan agen yang murni terlebih dahulu. Baru kemudian agen tersebut diperbanyak, lalu disiapkan sebagai vaksin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu yang menempuh waktu yang lama. Zaman sekarang, teknologi telah memungkinkan kita melakukannya dengan cepat. Tidak perlu lagi agen penyakit dan bisa dibuat sintetis, jadi bisa sangat cepat," jelasnya diungkap melalui laman resmi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional atau #SatgasCovid19, Minggu (8/11).

Selama ini, pengetahuan tentang seluk beluk vaksin memang bukan konsumsi orang awam. Terkait dengan hal teknologi, sumber daya, dan infrastruktur pembuatan vaksin tersebut hanya diketahui segelintir pihak, seperti peneliti, produsen vaksin, serta komunitas ilmuwan. Tak pelak hal itu pun memicu keraguan di benak masyarakat tentang mungkin tidaknya menciptakan vaksin dalam waktu singkat.

Namun demikian, Mahardika menegaskan bahwa meskipun teknologi mengakselerasi penemuan vaksin baru, ada faktor kunci yang tidak boleh dikesampingkan dalam prosedur pembuatan vaksin, yakni keamanan.

"Faktor kunci yang tidak boleh dikesampingkan yakni memastikan tingkat keamanannya. Tidak ada kompromi untuk ini," ujarnya.

Dia menegaskan bahwa pada dasarnya peneliti dan pengembang vaksin tidak mengkompromikan aspek kualitas, daya guna dan keamanan, termasuk keamanan vaksin Covid-19, semua aspek tersebut harus terjamin.

Aspek keamanan ini dimulai sejak fase pre klinis yang diujikan pada hewan, lalu fase I yang melibatkan relawan manusia, fase II yang melibatkan ratusan relawan dan fase III yang melibatkan ribuan relawan.

"Pada semua fase, aspek keamanan dan daya guna menjadi perhatian serius. Lebih-lebih pada fase III, ketika melibatkan ribuan hingga puluhan ribu orang," jelas Mahardika.

Setelah beredar di masyarakat pun vaksin akan terus dimonitor dan diaduit untuk memastikan keamanan vaksin yang beredar tersebut nantinya.
Perlu diketahui juga, bahwa Indonesia sangat memungkinkan untuk mengembangkan vaksin Covid-19 secara mandiri. Namun, kerjasama dalam masa pandemi Covid-19 seperti saat ini bukanlah hal yang tabu. Kerjasama bertujuan untuk mendapatkan data berkualitas tinggi.

Peneliti dan ilmuwan di Indonesia juga membuka data-data kajian dalam negeri untuk memberi sumbangsih kepada keilmuan dunia dan menerima input positif dari peneliti luar negeri.

"Tanpa kerja sama saya kira kita mampu, tapi untuk mencapai kemajuan yang pesat dirasa perlu dengan jalan kerjasama antar Negara dan keilmuan dunia," katanya.

(ang/fjr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER