Epidemiolog Ungkap Sulitnya Mengukur Pengaruh PSBB Transisi

CNN Indonesia
Senin, 09 Nov 2020 13:05 WIB
Penurunan kasus selama masa PSBB Transisi menurut epidemiolog tak lantas jadi tolok ukur keberhasilan kebijakan. Ada beberapa faktor lain untuk mengevaluasi.
Ilustrasi. Sebagian warga yang berkunjung ke kawasan wisata Kota Tua Jakarta di tengah masa PSBB Transisi, Sabtu, 25/7/2020. Foto: CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane mengungkapkan sulitnya mengukur keberhasilan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBBTransisi yang diberlakukan di DKI Jakarta dalam menangani wabah virus corona.

Kendati kasus turun, Masdalina mengakui evaluasi penerapan PSBB Transisi untuk mengatasi penyebaran Covid-19 tetap pelik dibedah lantaran dipengaruhi sejumlah faktor.

Ia menyinggung hubungan penurunan kasus dengan kemungkinan minimnya jumlah tes.

"Pertama itu lihat angka testingnya, jika testing turun, tentu angka positif akan turun, jadi bagaimana mau menilainya, kalau penanganan di hulu masih belum maksimal," jelas Masdalina saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (9/11).

"Ibaratnya, kalau yang dites gak ada, ya nggak ada yang positif. Jadi menurut saya kasus naik apa tidaknya, dipengaruhi testingnya," imbuhnya.

Menurut data pada laman Corona Jakarta, grafik kasus positif Covid-19 sepanjang dua pekan terakhir memang terlihat melandai. Pada pertengahan Oktober, grafik kasus positif terlihat mengalami penurunan.

Padahal biasanya, kasus positif harian di Jakarta tembus 1.000 kasus dalam sehari.

Seperti pada 29 September 1.132, 30 September 1.059, 1 Oktober 1.153 kasus, 2 Oktober 1.098, 3 Oktober 1.165, dan 4 Oktober 1.430 kasus. Pada pekan ini juga masih diterapkan PSBB Transisi di Jakarta.

Sepanjang PSBB Transisi tahap 2 pada 26 Oktober-8 November, kasus pada Oktober kurang dari 1.000 kasus per harinya. Rinciannya, 26 Oktober 906 kasus, 27 Oktober 781, 28 Oktober 844, 29 Oktober 713, 30 Oktober 612, dan 31 Oktober 750 kasus.

Kasus juga belum bertambah signifikan pada November, rinciannya, 1 November 608, 2 November 1.024, 3 November 617, 4 November 774, 5 November 791, 6 November 672, 7 November 1.118, dan 8 November 826 kasus.

Namun sejalan dengan penurunan kasus, jumlah testing harian pun menurun. Testing Covid-19 di DKI Jakarta biasanya mencapai 13 ribu orang sehari, namun selama 2 pekan terakhir, testing menurun hanya di angka 4.199 orang dalam sehari.

Infografis Protokol Kesehatan Tempat Usaha PSBB Transisi JakartaInfografis Protokol Kesehatan Tempat Usaha PSBB Transisi Jakarta. (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)

Testing beberapa kali menunjukkan peningkatan pada 2 pekan terakhir yaitu pada 27 Oktober sebanyak 12.781 orang, 3 November 12.127 orang, dan 4 November 10.915.

Sisanya, jumlah orang yang dites di bawah 10 ribu sehari.

Belum lagi, angka kematian yang juga terus bertambah. Dalam dua pekan terakhir, kasus meninggal berjumlah 200 kasus. Ini artinya, rata-rata dalam sehari ada penambahan 14 orang meninggal.

PSBB Transisi Hanya Jargon

Masdalina menyebut, kondisi ini membuktikan bahwa sebetulnya kasus positif belum mengalami penurunan. Karena penurunan kasus harusnya diiringi dengan penurunan kasus kematian.

"Kita mungkin bisa menutupi kasus positif, tapi tidak bisa kasus kematian Covid-19," terang Masdalina.

Masdalina bahkan menganggap, PSBB Transisi hanya jargon yang digunakan pemerintah. Sebab, menurut dia, pembatasan yang serius sesungguhnya tidak betul-betul diterapkan.

Ia lantas mencontohkan, pelbagai kegiatan sosial politik terus berjalan sehingga menimbulkan kerumunan. Padahal semestinya, aktivitas pertemuan dengan orang dibatasi untuk menekan penyebaran virus.

Belum lagi kegiatan-kegiatan Pilkada serentak yang tetap dilakukan, serta aktivitas politik lain yang membuka celah pertemuan atau perkumpulan banyak orang.

Menurut Masdalina, sebagian masyarakat kini juga mulai abai terhadap PSBB. Hal ini ditunjukkan dengan pembatasan yang hanya terjadi di sebagian sektor perkantoran.

"Tidak ada lagi PSBB menurut saya, masyarakat sudah gak concern dengan PSBB, hanya pembatasan kantor yang bisa diamati, tapi bioskop buka, mall buka, jadi ini cuman jargon saja PSBB transisi. Sebenarnya gak ada PSBB, gimana kita mau menilainya?" tukas Masdalina.

Sebagai informasi, PSBB Transisi kembali diperpanjang oleh Gubernur Jakarta Anies Baswedan terhitung pada 9 November-22 November 2020. Perpanjangan ini merupakan kali ketiga, setelah Anies menerapkan pengetatan PSBB pada awal September lalu.

(mln/nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER