Salah Strategi DKI Disebut Picu Krisis Lahan Pemakaman Covid

CNN Indonesia
Senin, 09 Nov 2020 15:26 WIB
Epidemiolog menilai, krisis lahan pemakaman jenazah Covid-19 di Jakarta disebabkan penanganan yang lebih mengedepankan penyelesaian di rumah sakit.
Petugas memakamkan jenazah COVID-19, di TPU Pondok Rangon, Jakarta, Selasa (8/9/2020). (Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengungkapkan penuhnya pemakaman khusus untuk orang yang meninggal akibat Covid-19 di DKI Jakarta disebabkan oleh kekeliruan penanganan pandemi.

Analisis Masdalina itu bertolok pada kebijakan penanganan yang menurut dia lebih condong ke penyelesaian masalah di bagian akhir yakni di tingkat rumah sakit.

"Kasus kematian tinggi khususnya di Jakarta hingga krisis lahan pemakaman, karena penanganannya salah. Malah penanganan di hilir [rumah sakit]," papar Masdalina saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (9/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal mestinya, lanjut Masdalina, penanganan wabah di hulu lah yang perlu diperkuat. Misalnya berupa pengetesan kasus pada supek Covid-19 hingga pelacakan suspek sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni sebanyak 20-30 orang jika ditemukan 1 kasus positif.

"Seharusnya penanganan di hulu [pelacakan dan testing] bisa menemukan kasus positif lebih cepat sehingga tidak jadi parah dan meninggal," sambung dia lagi.

Di Jakarta, terdapat dua tempat pemakaman yang dikhususkan untuk penguburan jenazah Covid-19. Keduanya antara lain TPU Pondok Ranggon dan TPU Tegal Alur.

Namun lahan pemakaman di kedua tempat itu mulai menipis dan diprediksi akan penuh pada akhir November ini.

Di TPU Pondok Ranggon, dalam sehari setidaknya ada 20 jenazah Covid-19 yang dikuburkan. Sementara di TPU Tegal Alur, rata-rata menerima 10 jenazah Covid-19 per harinya.

Berdasar data pemantauan kasus corona di Jakarta yang dihimpun Pemprov DKI Jakata, penguburan dengan protokol Covid-19 dalam sehari berkisar antara 20-30 jenazah. Terakhir, pada 7 November tercatat ada 27 pemakaman menggunakan protokol Covid-19 di Jakarta.

Kebutuhan lahan pemakaman Covid-19 tak lain juga karena masih tingginya angka kematian akibat virus corona di Jakarta.

Dalam sepekan terakhir saja, ada 94 kematian Covid-19 di Jakarta. Ini artinya, rata-rata sehari ada 13 orang meninggal akibat covid-19.

Masdalina mengungkapkan, bertambahnya angka kematian salah satunya karena pasien datang ke fasilitas kesehatan saat sudah memasuki tahap kritis, sehingga sulit disembuhkan.

Ditambah lagi, belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan Covid-19. Karena itu, penanganan di rumah sakit bukan bersifat menyembuhkan penyakit Covid-19 melainkan sebatas meringankan gejala.

"Penanganan di hilir itu kan tidak ada obatnya, penanganan yang diberikan untuk meredakan gejala bukan untuk mengobati, kalau misalnya dia [pasien] ditemukan positif saat gejala masih ringan, penyembuhan bisa jadi lebih mudah daripada dia [pasien] yang bergejala berat dan telat ke rumah sakit hingga akhirnya meninggal," terang dia lagi.

"Jadi yang terpenting adalah testing yang menyasar suspek Covid-19, mereka yang ada gejala batuk, pilek, ISPA, kontak erat, itu yang harus ditesting segera, supaya tidak menjadi berat [gejalanya]," imbuh Masdalina.

Infografis Alur Pemeriksaan Tes Covid-19Infografis Alur Pemeriksaan Tes Covid-19. (Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi)

Sementara merespons menipisnya tempat khusus pemakaman Covid-19, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria sempat mewacanakan bakal menambah lahan.

Kata dia, pemerintah daerah telah menyiapkan lahan TPU baru di Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Lahan yang disediakan DKI Jakarta, menurut Riza, mencapai dua hektare atau bisa menampung 6.000 bidang makam baru.

(mln/nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER