Gestur dan retorika atau gaya menyampaikan sesuatu calon wali kota Pilkada Solo Gibran Rakabuming Raka dinilai semakin mirip dengan ayahnya, yakni Presiden Joko Widodo. Terlihat dalam debat publik putaran kedua pada Kamis malam (3/12).
Sejumlah jurnalis, yang berpengalaman meliput Joko Widodo saat menjadi wali kota Solo berpendapat demikian. Kemiripan tersebut tampak dari gaya bicara hingga gerak-gerik tubuh Gibran saat bicara.
"Gayanya Gibran (mirip) Bapaknya banget," kata jurnalis di Solo, Indah Wardani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jurnalis yang lama bertugas di Solo selama Jokowi menduduki kursi Walikota Solo itu menganggap intonasi dan pemenggalan kata Gibran sama persis dengan ayahnya.
Hal itu juga diamini oleh pakar komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS), Andre Rachmanto. Menurutnya, gaya Gibran tersebut memang alami. Bukan dibuat mirip dengan ayahnya.
Andre mengaku sudah memperhatikan hal itu jauh sebelum Gibran mencalonkan diri sebagai calon wali kota di Pilkada Solo 2020.
"Itu bawaan saya kira. Hanya saja saat debat jadi lebih kelihatan lagi karena Mas Gibran harus bicara agak panjang," katanya.
Andre juga memperhatikan ada beberapa kemiripan lain. Misalnya tangan Gibran beberapa kali bergerak lebih dulu sebelum mulai bicara. Ciri khas itu juga sering ditunjukkan Jokowi saat wawancara di media massa.
"Itu sangat khas sekali," katanya.
Meski pembawaan Gibran yang mirip Jokowi terjadi secara alami, tak menutup kemungkinan tim pemenangan Gibran sengaja memoles kemiripan tersebut agar lebih menonjol.
Walau bagaimana pun, nama besar Jokowi tentu memiliki pengaruh dan sangat mungkin dimanfaatkan.
"Kalau itu dijadikan daya tarik ya boleh-boleh saja. Tapi orang-orang akan ingat ke Jokowi. Pada akhirnya, Gibran harus jadi dirinya sendiri kalau lama di politik," katanya.
Andre juga bicara soal debat pilkada antara Gibran Rakabuming-Teguh Prakosa melawan Bagyo Wahyono-FX Supardjo (BaJo) yang kedua.
Menurutnya, gelagat Bagyo Wahyono yang kerap menyerang dengan nada tinggi sebagai hal yang wajar. Pasalnya, sudah tidak ada lagi debat publik yang akan dihelat KPU Solo.
Selain itu, kegiatan kampanye juga dilarang mengundang banyak orang demi mencegah penularan virus corona. Oleh karena itu, debat publik putaran kedua tadi malam adalah momen terakhir bagi paslon untuk menarik simpati.
"Setelah debat kedua ini kan tidak bisa lagi tampil di depan orang banyak," katanya.