Satgas Covid-19 Ungkap Kriteria Ideal Vaksin Berkualitas

Satgas Covid-19 | CNN Indonesia
Jumat, 11 Des 2020 15:30 WIB
Wiku menyebutkan vaksin berkualitas dapat dilihat dari aspek efikasi dan efektivitas yang berperan untuk mengukur manfaat vaksin dalam mengendalikan Covid-19.
Wiku menyebutkan vaksin berkualitas dapat dilihat dari aspek efikasi dan efektivitas yang berperan untuk mengukur manfaat vaksin dalam mengendalikan Covid-19. (Foto: Rusman - Biro Setpres)
Jakarta, CNN Indonesia --

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional atau Satgas Covid-19 mengingatkan kepada masyarakat untuk mengetahui kriteria ideal vaksin yang berkualitas.

Juru Bicara Pemerintah untuk Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito menyebutkan kriteria ideal vaksin berkualitas dapat dilihat dari aspek efikasi dan efektivitasnya. Kedua aspek tersebut, ujarnya, memiliki peran untuk mengukur manfaat vaksin dalam mengendalikan Covid-19.

Aspek pertama, yakni efikasi, adalah besarnya kemampuan vaksin mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu di kondisi ideal dan terkontrol.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal ini dapat dilihat dari hasil uji klinis vaksin di laboratorium yang dilakukan kepada populasi dalam jumlah yang terbatas," ujar Wiku saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (10/12/2020) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Aspek kedua, yaitu efektivitas, merupakan kemampuan vaksin mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu, pada lingkup masyarakat yang luas dan heterogen atau beragam.

"Dalam hal efektivitas, terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi," ujarnya.

Faktor pertama ialah kondisi individu penerima vaksin itu sendiri. Hal itu mencakup usia, komorbid (penyakit penyerta), riwayat infeksi sebelumnya, serta jangka waktu sejak vaksinasi dilakukan.

Faktor kedua adalah karakteristik dari vaksin tersebut. Karakteristik ini mencakup jenis vaksin, active atau inactivated, komposisi vaksin dan cara penyuntikannya.

Dan faktor ketiga, adalah kecocokan strain pada vaksin, dengan strain pada virus yang beredar di masyarakat.

"Untuk mengetahui aspek efektivitas vaksin, maka perlu adanya data surveilans, untuk melihat perkembangan kasus serta memantau dampaknya. Data imunisasi untuk melihat cakupan imunisasinya, dan data klinis individu pendukung untuk melihat aspek lain yang mempengaruhi kondisi kesehatan individu," katanya.

Sementara itu, lanjut Wiku, terkait dengan efisiensi vaksin dapat dilihat dari nilai pembelanjaan vaksin. Vaksin dapat mencegah pengeluaran biaya kesehatan yang lain untuk menangani orang yang sakit akibat penyakit tersebut.


Dibarengi 3M dan 3T 

Di samping vaksin, terdapat berbagai pertimbangan lain yang sedang dilakukan pemerintah untuk memastikan tujuan utama yaitu mengakhiri pandemi Covid-19. Wiku menyebut ada beberapa faktor yang sama pentingnya dengan vaksin.

Dia mengilustrasikan hal itu dengan menggunakan analogi Swiss Cheese Model.

Analogi Swiss Cheese Model menggambarkan lapisan-lapisan keju yang berlubang, yang mana antara satu lubang dan lainnya saling menutupi lubang pada lapisan keju yang ada di depan atau di belakangnya.

"Perlu kita ingat, bahwa satu upaya pengendalian saja tidak akan efektif jika tidak disertai upaya lainnya yang menutup kekurangan masing-masing dan saling melengkapi," jelasnya.

Dia mencontohkan penerapan protokol kesehatan 3M yakni #pakaimasker #jagajarak dan #cucitangan atau upaya 3T yaitu testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan).

Jika dalam penerapannya hanya mengindahkan satu aspek saja, maka upaya yang dilakukan menjadi kurang efektif untuk menangani Covid-19.

"Oleh karena itu perlu adanya kerja sama masyarakat untuk bersungguh-sungguh mengendalikan Covid-19. Langkah vaksinasi tingkat nasional harus tetap diikuti kedisiplinan kita dalam menjalankan kesehatan di setiap kegiatan. Ingat vaksinasi akan berjalan efektif apabila kita secara disiplin menjalankan protokol kesehatan," tegasnya.

(ang/fef)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER