PDIP sempat diterpa polemik usai Puan Maharani menyinggung loyalitas masyarakat Sumatera Barat terhadap Pancasila di tengah perhelatan Pilkada 2020. Namun, PDIP tetap mendapat banyak kemenangan di pilkada di Sumbar.
Total ada 14 daerah yang menggelar pilkada di Sumatera Barat. Dari jumlah itu, PDIP ikut serta dalam sembilan perhelatan pilkada di Sumbar dan berhasil meraih empat kemenangan.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto merinci empat wilayah pilkada yang dimenangkan PDIP di Sumbar, yaitu Dharmasraya, Pasaman Barat, Padang Pariaman dan Pasaman. Dengan demikian, PDIP akan menempatkan satu kader sebagai bupati dan tiga kader sebagai wakil bupati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkaca dari hal itu, Pengamat politik dari Universitas Andalas, Asrinaldi menilai bahwa PDIP tak dibenci masyarakat Sumbar. Menurutnya, masyarakat Sumbar tidak membenci ideologi yang diusung PDIP, melainkan ketidaksukaan terhadap tokoh.
Menurutnya, masyarakat akan memilih kader yang diusung PDIP jika karakteristik kader tersebut mewakili karakter dan kebutuhan masyarakat.
"Di Sumbar selama ini, di tempat kader PDIP itu menang, ketokohan figur lebih dominan daripada ideologi partai. Sepanjang PDIP bisa mencari tokoh yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, tokoh itu akan dipilih," tuturnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (11/12).
Ia mencontohkan di Pasaman Barat. Di sana ada Agus Susanto, kader PDIP yang pernah menjadi anggota DPRD Sumbar dan DPR RI. Di daerah itu banyak orang Jawa. Menurutnya, masyarakat di sana mengidentikkan diri dengan karakter figur itu, bukan dengan PDIP.
"Di Dharmasraya dan Pasaman Barat PDIP kuat karena banyak orang Jawa. Di Mentawai PDIP kuat karena di sana banyak orang Kristen. Ini soal karakteristik masyarakat di sebuah daerah dan disesuaikan dengan figur," ucapnya.
![]() |
Perihal di media sosial PDIP tampak tidak disukai masyarakat Sumbar, ia mengatakan harus ditelusuri pengguna media sosial yang menyatakan ketidaksukaannya terhadap PDIP itu. Menurutnya, bisa saja pengguna tersebut simpatisan partai lain.
"Wacana ketidaksukaan masyarakat Sumbar terhadap PDIP terjadi hanya di kelas tertentu," ucap Dosen FISIP Universitas Andalas itu.
Pada Pileg 2024, jika ada tokoh dari suatu kelompok masyarakat yang dominan, kemudian mencalonkan diri sebagai anggota DPR/DPRD dari PDIP, Asrinaldi yakin dia bakal terpilih. Tokoh yang bersangkutan tak perlu takut jika maju diusung PDIP.
"Kalau figurnya kuat, dia harus percaya diri maju dari PDIP. Contohnya Sutan Riska di Dharmasraya," katanya.
Pada Agustus lalu, Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengeluarkan pernyataan yang menjadi sorotan publik. Terjadi saat PDIP mengumumkan paslon yang diusung di Pilkada 2020, salah satunya paslon Mulyadi-Ali Mukhni.
"Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila," kata Puan kala itu.
Mulyadi-Ali Mukhni lantas mengembalikan surat rekomendasi dari PDIP. Sejumlah kalangan menilai bahwa keputusan Mulyadi-Ali Mukhni itu tepat karena suara mereka akan turun drastis jika diusung PDIP.
(adb/bmw)