ANALISIS

Ragam Sebab Mulyadi Keok di Sumbar Meski Elektabilitas Tinggi

CNN Indonesia
Jumat, 11 Des 2020 06:56 WIB
Pengamat menilai penetapan status tersangka Mulyadi jelang pemungutan suara sangat mempengaruhi pemilih.
Paslon Pilkada Provinsi Sumatera Barat Mulyadi-Ali Mukhni selalu diunggulkan dalam survei, tapi kalah saat hari h pemungutan suara (Dok. Istimewa via detikcom)
Padang, CNN Indonesia --

Hasil survei lembaga-lembaga survei meleset pada Pilkada Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan hasil survei, elektabilitas Mulyadi-Ali Mukni nomor satu, namun menurut hasil hitung cepat di hari pemungutan suara, mereka di nomor tiga.

Pengamat politik dari Universitas Negeri Padang, Eka Vidya mengatakan bahwa faktor pertama kekalahan Mulyadi ialah keliru memilih wakil karena sama-sama berasal dari daerah yang sudah dikuasai. Menurutnya, seharusnya Mulyadi memilih wakil di daerah pilihan (dapil) lain.

"Wakilnya dari Padang Pariaman. Mulyadi sudah menang di kabupaten itu dalam Pileg 2019. Pemilihnya menumpuk di daerah yang selama ini dia garap. Dia kurang menjelajahi daerah lain," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (10/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, Mulyadi tiga periode menjadi anggota DPR dari Dapil II Sumbar, yakni Padang Pariaman, Pariaman, Agam, Bukittinggi, Pasaman Barat, Pasaman, Limapuluh Kota, dan Payakumbuh. Pada Pileg 2019, dia meraih suara terbanyak di Sumbar yaitu 144.954.

Faktor lain kekalahan Mulyadi, menurut Eka Vidya, ialah tingginya hasil survei elektabilitas Mulyadi selama beberapa bulan terakhir. Menurutnya, hal itu menyebabkan pasangan calon lain bekerja lebih giat untuk meningkatkan elektabilitas masing-masing.

"Faktor lainnya adalah tidak berjalannya konsolidasi Mulyadi dengan sesama kader Demokrat yang ikut pilkada. Ada kader Demokrat yang menang pilkada di kabupaten, tetapi tidak berimbas terhadap suara Mulyadi," kata Eka.

"Contohnya di Tanah Datar. Kader Demokrat, Eka Putra, menang, tetapi perolehan suara pilgub di sana yang menang Mahyeldi," tambahnya.

Eka mengatakan sikap Mulyadi selama ini juga kurang berkontribusi untuk meraih simpati pemilih. Terutama saat debat publik putaran pertama dan kedua yang digelar KPU.

"Mulyadi bermain sendiri saat debat. Dia Hanya memberikan wakilnya sedikit peran dan kesempatan untuk bicara. Dia relatif tidak mengapresiasi apa yang telah berlangsung di Sumbar. Dia selalu melihat dalam konteks kekurangan. Hal itu mempengaruhi calon pemilih rasional," ucap Eka.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Andalas, Andri Rusta, mengatakan bahwa faktor utama kekalahan Mulyadi di Sumbar ialah rendahnya angka partisipasi pemilih.

Ia mencontohkan di Padang, angka partisipasi pemilih sebesar 52 persen. Di tengah rendahnya angka partisipasi pemilih itu, pemilih PKS yang memilih paslon Mahyeldi-Audy Joinaldy tetap datang ke TPS hingga membuat paslon tersebut unggul sementara.

"Mesin politik PKS bekerja keras sejak awal sampai akhir. Mereka menggerus suara Mulyadi," ujar Direktur Survei dan Data lembaga survei Spektrum Politika itu.

Faktor lain yang menyebabkan kekalahan Mulyadi, menurut Andri, yakni karena berstatus tersangka dalam kasus dugaan pelanggaran pilkada. Status tersangka Mulyadi mengubah pilihan masyarakat yang semula akan memilih Mulyadi, kemudian memilih Mahyeldi. Mahyeldi tak tersangkut kasus hukum sejak awal.

Soal hasil survei yang meleset, Andri mengatakan bahwa pihaknya menduga bahwa simpatisan dan kader PKS tidak memberikan jawaban memilih Mahyeldi saat menjadi responden. Dengan demikian, hasil survei menjadi salah.

Ia melihat hal itu sama persis dengan survei pada Pilkada Jawa Barat tahun lalu. Menurut survei, calon yang diusung PKS, Sudrajat-Ahmad Syaikhu, nomor tiga. Dalam hitung nyata (real count), mereka nomor dua, bahkan hampir menang melawan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.

Peneliti Poltracking, Faisal Arif Kamil juga sependapat dengan Andri Rusta bahwa status tersangka berpengaruh terhadap kekalahan Mulyadi. Selain itu, PKS Juga bekerja keras hingga membuat Mulyadi-Ali tak banyak mendapat suara.

"Faktor paling besar penyebab kekalahan Mulyadi adalah mesin politik PKS bekerja lebih keras mendekati hari H. Ciri khas PKS memang begitu. Mendekati hari H, mereka nge-sprint," ucapnya.

Pilkada Sumbar diikuti empat pasangan calon, yaitu Mulyadi-Ali Mukhni diusung Demokrat-PAN, Nasrul Abit-Indra Catri diusung Gerindra, Fakhrizal-Genius Umar diusung Golkar, Nasdem, dan PKB, Mahyeldi-Audy diusung PKS-PPP.

Berdasarkan hasil hitung cepat beberapa lembaga survei, seperti Poltracking dan Voxpol Center, Mahyeldi-Audy meraih lebih 32 persen suara, Nasrul Abit-Indra Catri 30 persen, Mulyadi-Ali Mukhni lebih 26 persen, Fakhrizal-Genius Umar hampir 10 persen.

Sebelumnya, menurut beberapa lembaga survei, seperti Saiful Mujani Research and Consulting, Poltracking, dan Spektrum Politika, elektabilitas Mulyadi-Ali adalah yang tertinggi di Sumbar.

(adb/bmw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER