Calon Wali Kota Medan petahana Akhyar Nasution dinilai mustahil mengalahkan sang penantang, Bobby Nasution, dalam rekapitulasi suara resmi yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Peneliti Charta Politika Indonesia Ardha Ranadireksa mengatakan Akhyar telah kalah dengan selisih yang cukup besar di hitung cepat (quick count). Menurunya, hasil hitung manual KPU tak akan berbeda jauh.
"Quick count ini kan margin of error-nya 1 persen. Angka yang ada dalam quick count itu mungkin berkurang ataupun bertambah 1 persen. Jadi apa mungkin berubah? Sangat dimungkinkan, tapi untuk membalik keadaan rasanya tidak mungkin," kata Ardha saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (14/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam hitung cepat versi Charta Politika, Akhyar-Salman meraih 44,71 persen suara. Sementara Bobby-Aulia diprediksi menang dengan perolehan 55,29 persen.
Dalam Sirekap KPU per Senin (14/12) pukul 14.01 WIB, Akhyar-Salman terhitung telah memperoleh 336.585 suara (46,5 persen), sedangkan Bobby-Aulia mendapat 386.782 suara (53,5 persen). Per pukul tersebut Sirekap KPU telah mengumpulkan suara dari 4.229 dari 4.303 Tempat Pemungutan (98,28 persen).
Sementara itu, rekapitulasi manual berjenjang masih berjalan. Saat ini, suara berada di tingkat kecamatan.
Dalam proses Pilkada Kota Medan 2020, Ardha menilai Akhyar dalam posisi yang kurang baik jelang pemungutan suara pada 9 Desember lalu. Saat itu, tren elektabilitasnya stagnan, sementara elektabilitas Bobby meningkat perlahan tapi pasti.
Selain itu, kepuasan warga Medan terhadap Akhyar hanya pada rentang 60-70 persen. Modal tipis itu tak mampu membendung hantaman banjir pada detik-detik akhir jelang pilkada.
"Beberapa hari sebelum 9 desember, Medan ada banjir yang cukup parah di benerapa kecamatan. Itu mengakibatkan elektabilitas Bobby meningkat, masyarakat yang kurang puas (dengan kepemimpinan Akhyar) semakin yakin," ujarnya.