Vaksinolog dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dirga Sakti Rambe, menilai penyintas atau orang yang sudah pernah terpapar virus corona (Covid-19) seharusnya tidak lagi menjadi prioritas vaksinasi pemerintah.
Menurut Dirga, para penyintas covid-19 dinilai telah memiliki kekebalan tubuh terhadap serangan virus corona ini.
"Dalam konteks pandemi covid-19 ini memang bagi teman-teman yang pernah terinfeksi covid-19 itu tidak menjadi prioritas. Artinya mereka bukan menjadi target vaksinasi karena dianggap memiliki kekebalan tubuh," ujar Dirga dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube FMB9ID_IKP, Selasa (15/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirga mengatakan vaksinasi sewajarnya hanya diberikan kepada mereka yang sehat dan belum pernah terpapar Covid-19. Kendati demikian, penyintas Covid-19 juga berhak untuk divaksinasi sebab mereka juga memiliki ancaman reinfeksi virus atau kembali terpapar virus corona.
Ia menerangkan, reinfeksi covid-19 pun telah ditemukan beberapa kali di dunia. Hal tersebut pertama kali ditemukan pada seorang pria di Meksiko. Para ahli saat itu menyatakan reinfeksi merupakan hal yang lazim terjadi, jika penyintas tidak melakukan langkah-langkah pencegahan penularan kembali.
"Vaksin covid-19 diberikan terutama kepada orang yang belum pernah terpapar covid-19," kata dia.
Lebih lanjut, Dirga pun beranggapan vaksin merupakan instrumen penting dalam pengendalian pandemi. Menurutnya, secara umum vaksin dapat menstimulasi imunitas tubuh hingga mendapat kekebalan terhadap suatu penyakit menular.
Selain itu, dia kembali menegaskan bahwa virus corona tidak akan hilang dengan sendirinya tanpa bantuan vaksin yang hadir di tengah masyarakat. Namun demikian, tak hanya vaksin, upaya pemerintah dalam melakukan testing, tracing, dan treatment (3T), sementara masyarakat diharapkan patuh menjalankan 3M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, juga menjadi poin penting dalam menyelesaikan pandemi di tanah air.
Dirga pun meminta agar masyarakat tidak perlu lagi khawatir dengan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI). Menurutnya efek vaksin memang biasanya berdampak ringan dan segera sembuh dalam waktu satu atau dua hari. Temuan timbul efek samping pasca vaksinasi itu disebut dengan long covid, yang menurutnya juga sudah dibenarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Kita tidak bisa prediksi mana vaksin yang mengalami long covid. Tapi siapapun yang terinfeksi covid-19 baik itu ringan, sedang, atau berat selalu berpotensi mengalami long covid," pungkas Dirga.
![]() |
Sementara itu, pemerintah telah membagi skema pemberian vaksin melalui dua jalur yakni vaksin program pemerintah yang gratis dan vaksin mandiri alias berbayar. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada 17 November lalu sempat mengatakan bahwa target vaksinasi mencakup 67 persen dari 160 juta populasi berusia 18-59 tahun.
Dengan kata lain, vaksin disiapkan kepada 107.206.544 orang. Dengan kebutuhan dua kali suntik per orang dan cadangan 15 persen dari kebutuhan, maka total vaksin yang dibutuhkan sebanyak 246.575.051 dosis.
Terawan lantas menerangkan bahwa total penerima vaksin dari program pemerintah 32.158.276 orang dengan kebutuhan 73.964.035 dosis vaksin Covid-19. Sedangkan penerima vaksin mandiri berjumlah 75.048.268 orang dengan kebutuhan 172.611.016 dosis vaksin Covid-19. Terawan berkata, penyediaan vaksin mandiri diserahkan ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
(khr/kid)