Data Kawal Covid-19 menunjukkan selisih angka data pelaporan kasus virus corona (covid-19) antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang cukup signifikan.
Berdasarkan pemaparan data Kawal Covid-19 per Rabu (16/12), jumlah kasus positif covid-19 di daerah lebih banyak 30.442 kasus atau selisih 4,61 persen dari data pemerintah pusat yang bersumber dari Kementerian Kesehatan. Data pusat menunjukkan kasus positif sebanyak 629.429 kasus, sementara data daerah 659.871 kasus konfirmasi positif Covid-19.
Selanjutnya, data kesembuhan pusat berada di jumlah 516.656 kasus, dan data daerah 551.785 kasus sembuh, sehingga terdapat perbedaan data sebesar 6,37 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara total kasus kematian berdasarkan data pusat berada di jumlah 19.111 kasus, dan data daerah 22.888 kasus meninggal, sehingga range beda data mencapai 16,50 persen.
Koordinator Data Kawal Covid-19 Ronald Bessie menyebut data set yang digunakan pihaknya adalah perbandingan data harian dari Kementerian Kesehatan, Pemerintah provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
"Dalam kasus covid-19, data ini kan included by name by address, kadang-kadang itu tidak match," kata Ronald saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (16/12).
Ronald bilang, perbedaan data merupakan hal yang masih bisa dimaklumi bila verifikasi yang dilakukan petugas berlapis. Misalnya, seorang penyintas covid-19 yang tinggal di Jakarta Selatan, pendataannya dilakukan berdasar tempat asalnya misal Jawa Timur.
Kondisi seperti itu kadang menyebabkan rawan terjadi double data atau perbedaan data antara pemerintah daerah dan data terpusat yang berada di bawah kendali Kementerian Kesehatan.
"Perbedaan data yang reasonable sebenarnya kami terima. Hanya saja, ada beberapa kami lihat ini sudah mulai tidak wajar, perbedaan lebih dari 10 persen kan sangat besar," kata dia.
Ronald pun memaparkan belakangan ini, dua Provinsi di Indonesia yakni Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki gap selisih yang cukup tinggi dengan data pemerintah pusat.
![]() |
Data Jawa Tengah per 15 Desember menunjukkan total kasus positif di angka 92.332 kasus, sementara data pemerintah pusat Jateng memiliki 68.260 kasus kumulatif covid-19, sehingga selisih perbedaannya mencapai 24.072 kasus.
Sedangkan data Pemprov Jawa Barat menunjukkan total kasus positif di angka 80.593 kasus, namun data pemerintah pusat menyebutkan Jabar memiliki 68.066 kasus positif covid-19.
Sementara itu, Provinsi Papua juga menduduki selisih minus data terbanyak yakni 11.821 kasus, lebih sedikit dari data pemerintah pusat yang menunjukkan kasus virus corona di Papua berada di 12.163 kasus.
Lebih lanjut, Ronald pun menyoroti data pemerintah pusat yang tidak menampilkan data kasus probable. Padahal, dalam Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 yang diterbitkan Juli 2020 lalu, istilah yang baru digunakan di tanah air adalah suspek, probable, dan konfirmasi.
"Jadi yang kami khawatirkan underreporting, misalnya kan ada probable," lanjutnya.
Alumnus Teknik Penerbangan ITB ini menyebut probable Covid-19 yang ditemukan di lapangan menunjukkan sebanyak 9.333 orang, berdasarkan data terakhir per 15 Desember 2020. Sementara kasus meninggal karena suspek mencapai 4.875 kasus.
Oleh sebab itu, ia menilai bisa jadi jumlah kematian di Indonesia mencapai lebih dari 33 ribu kasus. Dengan demikian, angka itu kemungkinan bertambah besar jika seluruh provinsi membuka datanya.
Sementara itu, data sebaran Covid-19 di Indonesia per Rabu (16/12) menunjukkan sebanyak 636.154 orang dinyatakan terkonfirmasi positif virus corona.
Dari jumlah itu, 521.984 orang dinyatakan telah sembuh, 94.922 orang menjalani perawatan di RS dan isolasi mandiri, sementara 19.248 lainnya dinyatakan meninggal dunia.
(khr/psp)