Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo memperkirakan pandemi Covid-19 baru selesai setidaknya pada pertengahan 2022 saat herd immunity tercapai jika hanya mengandalkan vaksinasi Virus Corona.
Syaratnya, vaksinasi diberikan kepada 15 juta orang atau 30 dosis vaksin per bulan dan tanpa ada penolakan dari warga.
"Jadi kalau kita hanya sekedar mengandalkan penyelesaian pandemi dari vaksin, maka baru bisa selesai pertengahan 2022, dan jangan sampai begitu," kata Windhu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (17/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Pemerintah menargetkan akan menyuntik vaksin tersebut kepada 67-70 persen penduduk atau sekitar 182 juta orang untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Indonesia sendiri mulai mendatangkan 1,2 juta dosis Vaksin Corona merek Sinovac, China, beberapa waktu lalu.
Prediksi itu tak lepas dari penilaian Windhu atas kemampuan pemerintah melakukan vaksinasi Corona yang maksimal 15 juta per bulan.
"Perkiraan saya kita hanya bisa memberikan vaksin setiap bulan maksimal sekitar 15 juta atau 30 juta dosis. Itu kalau kita bisa mendapatkan itu maka banyak sekali. Jika seperti itu, maka kita tidak cukup mengandalkan dari satu-dua produsen vaksin saja," urainya.
Bila target vaksinasi per bulan itu terpenuhi, Windhu menyebut herd immunity dapat terwujud dalam waktu kurang lebih setahun.
"Kalau pemerintah sudah mau melakukan seperti itu maka ya target seperti herd immunity bisa seenggaknya terlaksana setahun-dua tahun ke depan. Ya 2022 itu ya," tutur dia.
"Itu pun sepertinya sulit karena adanya golongan masyarakat yang tidak mau divaksin itu," tambahnya.
![]() |
Lantaran itulah Windhu meminta pemerintah melakukan sosialisasi ke masyarakat sedini mungkin yang juga diperkuat dengan bukti kehalalan dan keamanan vaksin agar masyarakat semakin yakin.
"Komunikasi publik agak sulit dilakukan, kalau fakta bahwa vaksin ini aman, manjur, imunogenitas bagus, halal, tidak mengandung logam berat. Kita harus punya bukti dulu," jelas dia.
Di samping itu, Windhu meminta pemerintah mulai menjalin komunikasi dengan produsen vaksin di negara lain sebanyak-banyaknya. Syaratnya, kandidat vaksin tersebut harus memiliki tingkat efikasi yang tinggi, yakni 90 persen.
Kendati demikian, pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga itu tetap menekankan upaya pencegahan kasus Covid-19 lewat tes, telusur, dan tindak lanjut (3T) serta memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M).
"3M dan 3T itu penting, jika tidak dijalankan pandemi tidak akan pernah selesai, percuma kita sudah mengeluarkan uang banyak," jelasnya.
(khr/arh)