Polri menuding kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) saat ini mulai terjun langsung ke masyarakat untuk menghimpun dana.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono mengatakan hal tersebut dilakukan karena kelompok itu mulai kesulitan memperoleh dana jika hanya mengandalkan infak dari para anggota.
Belum ada pernyataan dari pihak lain terkait tudingan Polri ini. Sebagai organisasi yang sudah dilarang sejak 2007, keanggotaan JI juga saat ini tidak diketahui.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk organisasi teroris khususnya Jamaah Islamiyah, saat ini mulai berusaha untuk Go Publik karena semakin sulitnya mengumpulkan dana jika hanya lewat infak anggota maupun Ikhtisod (jumlahnya tidak pasti dan tidak selalu ada)," kata Argo melalui keterangan tertulis, Kamis (17/12).
Menurut dia, jaringan tersebut menempatkan sejumlah syarat bagi anggota yang akan ditempatkan di tengah masyarakat untuk menghimpun dana. Salah satunya, kata dia, orang itu harus bebas jerat hukum.
"Pemilihan anggota Jamaah Islamiah yang mengemban tugas untuk Go Publik memiliki persyaratan seperti namanya masih bersih dari keterangan BAP anggota yang sudah ditangkap," ucap dia.
Terpisah, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan bahwa potensi radikalisme pada 2020 menurun.
Namun demikian, Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar menuturkan bahwa penetrasi jaringan teroris internasional dalam proses radikalisasi itu tak bisa dihindarkan saat ini. Pasalnya, kata dia, keberadaan dunia digital turut berpengaruh.
"Mereka tahu karena yang disasar ini anak muda, jadi bukan lagi yang tua-tua. Bagi mereka yang tua itu masa lalu, tapi masa depan mereka adalah generasi muda," kata Rafli sebagaimana dikutip dari Antara, Kamis (17/12).
Dia menilai keberadaan jaringan teroris global seperti Al Qaeda dan ISIS sangat mempengaruhi cara berpikir warga jejaring, terutama generasi muda.
Kelompok teroris, kata dia, berharap dengan penetrasi melalui dunia digital akan semakin banyak pendukung mereka yang mengusung ideologi terorisme yang karakternya mengedepankan kekerasan, intoleran, menghalalkan segala cara.
(mjo/pmg)