Banjir Makassar Surut dalam Sepekan, Ribuan Pengungsi Pulang

CNN Indonesia
Sabtu, 26 Des 2020 19:38 WIB
Banjir di Makassar dan sejumlah wilayah di Sulsel disebut terkait dengan kerusakan di hulu sungai serta buruknya drainase.
Ilustrasi banjir yang mulai surut. (Foto: CNN TV/ Iman D Nugroho)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ribuan warga meninggalkan lokasi pengungsian setelah air mulai surut usai banjir melanda di tiga kecamatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, sejak pekan lalu.

"Airnya sudah surut, makanya kita kembali ke rumah bersih-bersih barang yang sempat terendam banjir minggu lalu," ujar Ichsan, warga Blok 8 Perumnas Antang, Kecamatan Manggala, Makassar, Sabtu (26/11) dikutip dari Antara.

Ia menuturkan sudah banyak warga yang pulang ke rumah masing-masing untuk membersihkan perabot rumahnya, alat elektronik, serta sisa-sisa sampah dan lumpur yang terbawa air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, banjir menggenangi Makassar sejak 19 Desember. Saat ketinggian air makin naik, warga memilih mengungsi ke sejumlah titik.

Ichsan mengatakan dirinya mengungsi saat banjir mencapai 1,5 meter. Warga pun mengungsi di Masjid Al-Muttaqin di blok setempat karena posisinya berada di ketinggian atau di rumah kerabat.

"Tiap tahun begini (banjir). Kalau hujan deras selama beberapa hari, warga pasti mengungsi. Warga juga sudah pengalaman apa yang mesti dilakukan saat air mulai naik, mengamankan barang berharga, simpan barang di tempat tinggi dan mengunci pintu, lalu pergi mengungsi," tuturnya.

Pria paruh baya ini mengungkapkan salah satu pemicu banjir di Blok 8, ketika aliran anak sungai dari perbatasan Kabupaten Gowa yang berdekatan dengan pemukiman warga meluap. Imbasnya, sejumlah blok di Perumnas Antang ikut tergenang air.

"Walau hujan deras tapi tidak berhari-hari di sini aman-aman saja, tapi karena hujan selama beberapa hari, air jadi naik. Mungkin orang bilang ini banjir kiriman dari sebelah," ungkap dia.

Dia bersama keluarganya bermukim di lokasi itu sejak 1988. Banjir mulai terjadi pada tahun 1991, namun tidak terlalu tinggi. Seiring perkembangan pembangunan pemukiman, lokasi yang ia diami selama bertahun-tahun posisinya kini berada di bawah, sehingga air berkumpul di situ.

Pengungsi lainnya di Blok 10 Perumnas Antang, Nurjannah, mengatakan warga sudah pulang ke rumah masing-masing. Lokasi pengungsian di Masjid Jabal Nur kini sudah kosong.

Ibu Rumah Tangga ini bersyukur air cepat surut karena adanya waduk regulasi Nipa-Nipa yang sudah terbangun sehingga air tertampung di sana.

"Warga sudah pulang ke rumahnya, sejak kemarin karena air sudah turun. Tapi kalau hujan deras berhari-hari lagi pasti kembali mengungsi. Semoga saja tidak, karena mengungsi itu repot bukan main," katanya.

Sebelumnya, warga di tiga kecamatan yang masuk daerah rawan banjir seperti Kecamatan Manggala, Biringkanaya dan Tamalanrea, mengungsi akibat terdampak banjir.

Dari data BPBD setempat, ada 1.264 jiwa di Kecamatan Tamanrea dan 400 Kepala Keluarga di Kecamatan Biringkanaya mengungsi di beberapa masjid sekitar dan rumah keluarganya.

Di Kecamatan Manggala, Kelurahan Manggala, dan Biring Romang Tanggaya, korban terdampak banjir sebanyak 494 KK dengan total 1.879 jiwa.

Genangan air setinggi antara 50 sentimeter hingga 100 sentimeter. Tim penyelamat pun dikerahkan mengevakuasi warga setempat untuk diungsikan sementara.

Infografis Langkah Selamat Saat BanjirInfografis Langkah Selamat Saat Banjir. (Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi)

Terpisah, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan Muhammad Al Amin menyebutkan penyebab banjir di Kota Makassar dan sebagian wilayah Gowa dan Maros ini adalah rusanya daerah aliran sungai terutama di hulu anak sungai.

"Terjadi kerusakan di hulunya. Ada dua aliran anak sungai Jeneberang yang mengitari Kabupaten Gowa dan Maros. Kondisi anak sungai di dua daerah itu sudah mengalami degradasi atau penurunan kekuatan," ungkap dia.

Muhammad menyebut daerah hulu sudah mengalami degradasi dan mengalami pendangkalan. Padahal, wilayah hulu seharusnya berfungsi mengendalikan arus air.

"Airnya tentu meluap dan mengalir ke kawasan pemukiman warga setempat. Asumsi bahwa banjir terjadi akibat tingginya curah hujan itu keliru, tapi hanya pemicu, bukan penyebab," paparnya.

Rumah warga di wilayah perbatasan daerah itu, kata dia, pun terendam luapan air anak sungai akibat debit air yang sangat besar saat hujan deras.

Seperti Kompleks Kodam III, Kelurahan Katimbang, Kecamatan Tamalanrea dan Perumnas Antang, Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, terendam banjir kiriman.

Aturan Perumahan

Pihaknya pun meminta pemerintah daerah maupun pusat memperhatikan kondisi terkini di hulu sungai agar tidak terjadi bencana berulang tiap tahun.

"Pemerintah harus turun tangan mengatasi masalah kerusakan di hulu dan Daerah Aliran Sungai. Balai Pompengan dan gubernur punya tanggung jawab soal ini, apalagi banjir yang terjadi berada di lintas kabupaten," harapnya.

Insert Nomor Darurat Siaga Bencana BanjirInsert Nomor Darurat Siaga Bencana Banjir. (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)

Selain masalah hulu sungai, faktor lain terjadinya genangan air di sebagian wilayah Kota Makassar ialah buruknya sistem penataan serta pengelolaan drainase. Misalnya, pembangunan perumahan tanpa memikirkan sistem saluran pembuangan air.

Akibatnya, saat hujan deras bukan hanya di pemukiman warga biasa tergenang tapi juga berdampak di perumahan elite kelas menengah atas. Air yang seharusnya mengalir ke kanal-kanal menuju hulu pembuangan, terhambat karena sumbatan, membuat air meluber ke dataran rendah.

"Pemerintah Kota Makassar diminta segera evaluasi jajarannya memperbaiki sistem drainase dengan menata kembali saluran air. Aturan pembangunan perumahan juga harus diperketat utamanya terkait sistem drainasenya," ucapnya.

(antara/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER