Menjelang malam tahun baru 2021, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta tetap membuka kawasan Malioboro untuk dikunjungi wisatawan, pada Kamis (31/12). Meskipun, sebelumnya sempat muncul usulan untuk menutup total kawasan tersebut, guna mencegah kerumunan di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
Dari pantauan CNNIndonesia.com hingga pukul 18.00 WIB, lalu-lintas di jalan Malioboro masih dibuka, dengan arus kendaraan yang ramai lancar. Para wisatawan di sepanjang Malioboro juga terlihat mulai ramai, baik di sisi timur maupun barat jalan.
Sesekali terlihat petugas keamanan di kawasan tersebut mengingatkan para wisatawan yang kedapatan tak menggunakan masker dengan benar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara di sekitar kawasan titik nol km Yogyakarta tampak disekat dengan pagar-pagar besi berwarna orange untuk membatasi jumlah pengunjung yang masuk ke area tersebut.
Namun sekitar 30 menit kemudian, hujan mulai mengguyur kawasan Malioboro sehingga pengunjung mulai berkurang.
Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi berdalih, pembukaan kawasan tersebut merupakan hasil dari rapat di Polda DIY yang melibatkan seluruh elemen Pemda, baik Kabupaten/Kota maupun provinsi.
"Untuk Kawasan sumbu filosofis memang direncanakan buka tutup," ungkap Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Kota Yogyakarta ini.
Tidak ditutupnya Malioboro, lanjut Heroe, karena termasuk kawasan sumbu filosofis yang berbeda dengan kawasan destinasi wisata pada umumnya. Sedangkan untuk mencegah kerumunan, maka pihaknya juga melakukan penataan, pengaturan, dan pembatasan.
"Dengan melakukan buka tutup kawasan Malioboro, berarti kami melakukan pembatasan jumlah yang bisa berada di kawasan tersebut. Dibatasi jumlah per zona, dari sebelummya 500/zona menjadi 300/zona," paparnya.
Selain itu, Pemkot juga mewajibkan agar para pedagang tutup operasional pada pukul 22.00 WIB. Tidak ada kegiatan dan pesta kembang api di kawasan tersebut
"Harapan kami, masyarakat bisa merayakan malam pergantian tahun 2021 di rumah atau di lingkungan masing-masing saja," sambungnya.
Sementara anggota DPRD Kota Yogyakarta, Krisnadi Setyawan justru berpendapat lockdown pada 31 Desember 2020 bisa menjadi opsi untuk mencegah penularan Covid-19.
Terlebih, saat ini kapasitas ruang untuk penanganan Covid-19 di rumah sakit rujukan kota Yogyakarta sudah sangat menipis. Jika jumlah pasien bertambah banyak, maka pihaknya khawatir mereka kesulitan mendapatkan tempat isolasi yang memadai.
"Yang paling pas memang lockdown," tegas Krisnadi, Kamis (31/12).
(sut/asa)