Fenomena tanah bergerak terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia selama Januari 2021. Bencana tanah bergerak itu pun diduga terjadi karena intensitas hujan yang tinggi, termasuk tanah yang labil.
Berikut beberapa daerah yang berdasarkan catatan CNNIndonesia.com mengalami pergerakan tanah yang menyebabkan kerusakan secara materi dan puluhan warga yang mengungsi.
Bencana tanah bergerak terjadi di Gampong (desa) Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Senin (11/1). Tanah bergerak itu masih terjadi hingga beberapa hari kemudian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Kamis (14/1) data BMKG menunjukkan penurunan tanah itu mencapai 80 centimeter.
"Sekarang kalau kita melihat penurunannya sudah lebih dari 120 centimeter," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas III Aceh Besar Djati Cipto Kuncoro, sabtu (16/1) seperti dikutip dari Antara.
BMKG memasang alat untuk mengukur pergerakan tanah (seismometer) guna diteliti lebih lanjut.
Sementara Pemkab Aceh Besar menyiapkan lokasi untuk proses evakuasi. Dilaporkan sebanyak 14 rumah unit rumah terdampak.
Pergerakan tanah terjadi di Dusun Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi pada 3 Januari 2021. Bencana pergerakan tanah itu pun masih terjadi dan meluas, hingga ratusan warga mengungsi per Selasa (19/1).
Seperti dikutip dari Antara, per Selasa lalu, BPBD Kabupaten Sukabumi mencatat dari dua RT di dusun itu yang mengungsi total ada 44 kepala keluarga (KK) atau 128 jiwa.
Selain itu, BPBD Sukabumi mencatat puluhan rumah di tiga RT yang masuk RW 02 tersebut pun kondisinya terancam andai tanah bergerak terus terjadi.
Pergerakan tanah telah berdampak pada 40 rumah di Desa Banjaran, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, Rabu (13/1) malam.
Saat bencana itu terjadi, daerah tersebut memang diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi yang meninjau lokasi bencana mengatakan ada beberapa titik yang mengalami kerusakan parah dan ringan.
"Waspadai hujan deras dengan durasi yang cukup lama, warga harus tetap waspada, pasalnya di musim penghujan, kemungkinan datangnya bencana masih ada. Salah satunya berupa tanah bergerak seperti ini," ujar Dyah dikutip dari Antara.
Dyah mengatakan berdasarkan data fenomena tanah bergerak di wilayah itu pernah juga terjadi pada 1970, 1978, dan 2008.
Belasan rumah rusak di dua desa Kabupaten Purworejo akibat tanah bergerak pada Rabu (14/1) lalu.
Berdasarkan pendataan BPBD Purworejo di Desa Kaliwungu ada 16 rumah rusak, dan satu rumah hancur berat di Desa Tegalsari.
Secara keseluruhan, ada tiga desa yang terdampak akibat pergerakan tanah ini. Desa-desa itu adalah Tegalsari, Kaliwungu, dan omoleter.
Akibat rumah yang terdampak sebanyak 34 jiwa di Desa Tegalsari mengungsi, 4 pengungsi dari Kaliwungu. Desa Somoleter tak mengalami dampak yang signifikan, sehingga tak ada kerusak atau warga yang mengungsi.
Di Brebes, Jawa tengah juga terjadi pergerakan tanah pada Selasa (12/1) dan Kamis (14/1). Bencana tersebut terjadi di dua desa di Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes. Sejumlah rumah terdampak dan puluhan warga mengungsi.
Di Dukuh Legoksari, Desa Buniwah sebanyak 13 rumah dan 1 musala mengalami kerusakan.
Sementara di Dukuh Legoksari, Desa Manggis sebanyak 25 rumah terdampak, 1 masjid dan 1 TPQ alami kerusakan.
BPBD menilai tanah bergerak disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi menggyur dua desa tersebut.