Satgas Sebut TNI/Polri Hanya Dampingi Lacak Pasien Covid-19

CNN Indonesia
Kamis, 04 Feb 2021 16:51 WIB
Satgas Covid-19 mengungkapkan keterlibatan pasukan TNI/Polri dalam penanganan pandemi Covid-19 dipercaya mampu mendukung pencapaian target 3T.
Petugas medis menyiapkan sampel tes swab di Halaman Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (9/6/2020). (Foto: ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)
Jakarta, CNN Indonesia --

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menjelaskan pelibatan unsur TNI/Polri dalam kegiatan tracing alias pelacakan kontak erat kasus infeksi virus corona (Covid-19) adalah untuk tenaga bantu mendampingi tim medis.

Langkah itu menurut Satgas, perlu ditempuh agar aktivitas pelacakan kasus Covid-19 di masyarakat dapat terlaksana secara masif dan konsekuen. Sehingga diharapkan mendukung pencapaian strategi tes, telusur, dan tindak lanjut (3T) demi melandaikan kurva kasus Covid-19 di Tanah Air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Unsur TNI/Polri akan mendampingi tim pelacak, mengawal mereka yang dikurung karena isolasi dan karantina di tingkat desa, jadi tidak ada orang yang sembunyi lagi dari tim pelacak. Sedangkan Puskesmas dengan tim pelacak kontak menjadi instrumen utama untuk menemukan kasus di pedesaan," terang Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Alexander K Ginting saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (4/2).

Alex meyakinkan bahwa pemerintah terus berupaya meningkatkan hasil tes Covid-19, salah satunya menargetkan pemeriksaan Covid-19 dengan rasio 1:1.000 penduduk per pekan di setiap kecamatan atau Puskesmas.

Dengan target itu, Alex menyebut tim medis tak bisa berjalan sendirian sehingga dibutuhkan koordinasi pentahelix yang melibatkan pelbagai pihak. Ia juga mengatakan keterlibatan unsur TNI/Polri bukanlah hal baru dalam program kesehatan sejak 1980 silam.

"Penanggulangan pandemi kan pendekatan multisektor, pentahelix, dan melibatkan semua sektor. Sehingga Puskesmas didampingi posko desa, TNI/Polri, dan orang yang dikurung karena isolasi dan karantina diamankan sampai 14 hari. Yang sakit diantar ke rumah sakit sampai sembuh, yang lapar dan haus dikirimkan makanan. Dengan demikian rantai penularan bisa diputuskan," ungkap dia.

Lebih lanjut, menurut Alex, penambahan unsur non-medis akan cukup membantu pencapaian 3T. Ia pun membeberkan, idealnya jumlah tracer atau petugas pelacakan kontak erat berdasarkan anjuran John Hopkins University adalah 30:100 ribu orang. Artinya, satu orang pelacak menangani sekitar 3.300an orang.

Dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270 juta orang, menurut Alex seharusnya jumlah tracer di Indonesia paling minimal 80 ribu petugas yang tersebar.

"Unsur TNI/Polri akan pendampingan sampai pandemi terkontrol. Sedangkan jumlah tracer akan terus direkrut dan ikut pelatihan singkat," pungkas Alex.

Adapun gagasan pelibatan unsur TNI/Polri dalam aktivitas tracing disampaikan oleh Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto, Rabu (3/2) kemarin.

Infografis Beda GeNose, Rapid Antigen dan Swab PCR untuk Tes Covid-19Infografis Beda GeNose, Rapid Antigen dan Swab PCR untuk Tes Covid-19. (CNNIndonesia/Basith Subastian)

Airlangga mengaku mendapat arahan Presiden Joko Widodo untuk mengerahkan kedua unsur aparat itu untuk membantu proses pelacakan kasus Covid-19 di tengah lingkup kehidupan warga.

"Kementerian Kesehatan akan menambah petugas tracing di lapangan. Ini akan melibatkan Babinsa dan Babinkamtibmas," kata Airlangga dalam jumpa pers daring dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (3/2).

Jokowi, kata dia, juga akan menerbitkan instruksi untuk mengefektifkan program Peduli Lindungi, sehingga ke depannya aktivitas pelacakan kontak bisa dilakukan secara daring.

(khr/nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER