Pakar patologi klinik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tonang Dwi Ardyanto menilai gerakan Jateng di Rumah Saja yang dicanangkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak akan efektif mengurangi angka kasus Covid-19.
Menurutnya, ketegasan pemerintah daerah dalam menegakkan protokol kesehatan justru lebih ampuh dibanding melarang warga keluar rumah selama dua hari.
Jateng di Rumah Saja dilaksanakan dengan mengimbau warga berdiam diri di rumah pada akhir pekan, 6-7 Februari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonang mengatakan dua hari tidak akan cukup untuk memutus rantai penularan. Apalagi implementasi di tiap kabupaten/kota di Jawa Tengah sangat bervariasi tergantung kepala daerah masing-masing.
"Walaupun semua orang betul-betul di rumah, enggak ke mana-mana, tetap tidak cukup," katanya saat dihubungi melalui telepon, Jumat (5/2).
Menurutnya, gerakan di rumah saja harus dilaksanakan minimal 2 x 14 hari. Asumsinya, orang tanpa gejala masih bisa menularkan virus hingga 14 hari sejak pertama kali terjangkit Covid-19.
Dia mengatakan 14 hari pertama bertujuan untuk mengurangi jangkauan penularan. Kemudian 14 hari berikutnya baru dapat memotong rantai penularan Covid-19 dengan tuntas.
"Misalnya, ada orang tanpa sadar kena (Covid-19) dia masih mungkin menularkan kepada orang lain sampai tanggal 14. Walaupun dia di rumah saja, kan tetap ada orang lain di rumahnya," terangnya.
"Nah, orang yang tertular di hari ke-14 ini kan juga masih berisiko menularkan. Makanya minimal kita potong 2 x 14 hari. Kalau itu betul-betul dilakukan, pasti akan terpotong (penularan Covid-19)," katanya.
Sebaliknya, Tonang justru menilai penegakan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) secara konsisten dari pemerintah akan lebih efektif ketimbang di rumah saja selama dua hari.
Hanya saja, ia memberi catatan agar penegakan protokol kesehatan dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Terutama pemerintah dan tokoh masyarakat harus memberi contoh.
"Contoh ini yang menurut saya agak berat. Akhirnya penegakan ini terhambat dengan kurangnya contoh tadi," katanya.
Meski demikian, ia memaklumi jika gerakan yang dicanangkan Ganjar tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Pasalnya, ia merasa dua tahap Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali belum berjalan dengan maksimal.
"Saya kira Pak Gubernur juga paham bahwa tidak bisa dua hari terus langsung turun (kasus Covid-19). Tapi efeknya, semangatnya, shock therapy-lah yang mungkin beliau harapkan," katanya.
Ganjar Pranowo akan menerapkan Jateng di Rumah Saja untuk menekan penyebaran virus corona di provinsinya. Dia menjelaskan, dengan gerakan itu nantinya setiap toko, pasar, dan tempat pariwisata ditutup dua hari. Khusus untuk pasar, selama penutupan akan dilakukan penyemprotan desinfektan.
(syd/pmg)