Kadispenal Laksma TNI Julius Widjojono menyebut hasil investigasi temuan drone bawah laut atau seaglider di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan Desember 2020 lalu telah selesai.
Ia menerangkan hasil investigasi yang dilakukan Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) TNI AL ini mestinya disampaikan sejak 4 Februari lalu, namun ditunda lantaran beberapa alasan.
Ia menerangkan hasil investigasi tersebut akan disampaikan dalam pekan ini saat TNI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR Komisi I di Senayan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasilnya sudah ada, akan disampaikan saat RDP di Senayan, semula direncanakan 4 Februari, namun ditunda atau diundur kisaran 7-9 Februari," kata Julius kepada CNNIndonesia.com melalui aplikasi pesan, Senin (8/2).
Julius mengatakan dirinya belum bisa merinci hasil temuan investigasi dari Seaglider tersebut. Hasilnya kata dia akan disampaikan langsung oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto atau oleh Kapushidrosal saat RDP dengan anggota DPR nanti.
Julius menerangkan investigasi terhadap seaglider yang sempat membuat heboh di awal 2021 kemarin itu tak hanya dilakukan Pushidrosal saja. Ada sejumlah pihak yang juga turut serta dalam investigasi itu.
"(Pihak yang ikut) ada untuk internal itu dari TNI AL dengan Dislitbalal, juga ada STTAL. Dari pihak luar juga ada yang diajak berdiskusi," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono memang telah memberi tenggat satu bulan untuk Pushidrosal meneliti terkait temuan seaglider itu. Sejak ditemukan Desember lalu, memang tak ada satu pun negara yang mengklaim kepemilikan alat yang sebelumnya dikira rudal itu.
Dalam gelaran konferensi pers pada 4 Januari 2021, pemimpin TNI AL itu mengakui seaglider adalah salah satu peralatan di bidang kelautan yang memang bisa digunakan di industri pertahanan dan militer.
Salah satu kegunaan peralatan ini di bidang militer dijelaskan Yudo yakni sebagai pembuka jalan kapal selam di wilayah laut dalam. Kegunaan ini juga berlaku untuk alat yang ditemukan di perairan Selayar, Sulawesi Selatan oleh seorang nelayan yang telah dipastikan sebagai seaglider.
"Kalau dipakai pertahanan, mungkin bisa digunakan data kedalaman ataupun layer lautan tadi, supaya kapal selam tidak dideteksi," kata Yudo saat menggelar konferensi pers di Markas Pushidrosal TNI AL, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1).