Butuh Cepat Penelusur, Kemenkes Sudah Latih Sebagian Babinsa

CNN Indonesia
Kamis, 18 Feb 2021 03:08 WIB
Kemenkes menyatakan pelatihan buat Babinsa sebagai penelusur kasus Covid-19 sudah dilakukan di daerah-daerah.
Ilustrasi pelaksanaan tes Covid-19. (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kemenkes mulai melatih Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI Angkatan Darat untuk menambah jumlah petugas pelacakan atau penelusuran (tracing) suspek Covid-19 di daerah-daerah.

"Babinsa sebagian sudah kita latih, kita memang mengejar penambahan, kita butuhnya kan cepat [petugas tracing], makanya kita minta bantuan TNI Polri karena tenaga mereka sampai ke tingkat desa," kata Pelaksana Tugas Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Kartini Rustandi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (17/2).

Ia juga menjelaskan, setiap daerah telah memiliki petugas tracing Covid-19. Selain itu, Satgas Covid-19 telah mulai melakukan pelatihan ke lebih dari 4.000 orang untuk melakukan tracing Covid-19.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau memang petugas, puskesmas sudah punya, nah kemudian BNPB melalui Satgas Covid-19 juga sudah melakukan pelatihan ke 4000-an tracer," ujar Kartini.

Sebelumnya, dikabarkan Menko PMK Muhadjir Effendy petugas pelacakan kontak erat Covid-19 hanya sekitar 5.000 orang. Sebanyak 1.600 orang atau sepertiga di antaranya berada di Jakarta.

Dengan demikian, tracing Covid-19 harian banyak didominasi di Jakarta. Sementara itu, pemerintah sendiri menargetkan idealnya tracing kontak erat Covid-19 setidaknya 1:30, atau pelacakan ke 30 orang kontak erat ketika ditemukan satu kasus positif.

Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan masih dalam persiapan untuk mencapai target telusur 1:30. Babinsa dan Babinkamtibmas akan dimaksimalkan untuk mencapai target tersebut.

"Memang DKI Jakarta yang paling siap, sementara provinsi lainnya kita dalam proses persiapan, dan kita juga sudah mulai melatih Babinsa dan Babinkamtibmas untuk bantu tracer," tuturnya.

Sebelumnya, pada awal Februari ini, Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Alexander K Ginting menerangkan pelibatan unsur TNI/Polri dalam kegiatan tracing alias pelacakan kontak erat kasus infeksi Covid-19 adalah untuk tenaga bantu mendampingi tim medis.

Alex meyakinkan bahwa pemerintah terus berupaya meningkatkan hasil tes Covid-19, salah satunya menargetkan pemeriksaan Covid-19 dengan rasio 1:1.000 penduduk per pekan di setiap kecamatan atau Puskesmas.

Dengan target itu, Alex menyebut tim medis tak bisa berjalan sendirian sehingga dibutuhkan koordinasi pentahelix yang melibatkan pelbagai pihak. Ia juga mengatakan keterlibatan unsur TNI/Polri bukanlah hal baru dalam program kesehatan sejak 1980 silam.

"Penanggulangan pandemi kan pendekatan multisektor, pentahelix, dan melibatkan semua sektor. Sehingga Puskesmas didampingi posko desa, TNI/Polri, dan orang yang dikurung karena isolasi dan karantina diamankan sampai 14 hari," ujarnya, kala itu.

"Yang sakit diantar ke rumah sakit sampai sembuh, yang lapar dan haus dikirimkan makanan. Dengan demikian rantai penularan bisa diputuskan," lanjut dia.

Alex mengatakan penambahan unsur nonmedis akan cukup membantu pencapaian 3T. Ia pun membeberkan, idealnya jumlah tracer atau petugas pelacakan kontak erat berdasarkan anjuran John Hopkins University adalah 30:100 ribu orang. Artinya, satu orang pelacak menangani sekitar 3.300an orang.

Dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270 juta orang, menurut Alex seharusnya jumlah tracer di Indonesia paling minimal 80 ribu petugas yang tersebar.



(kid/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER