Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah menduga belasan sumur ambles di Desa Jungkare, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah disebabkan oleh beberapa faktor.
Kepala Cabang Dinas ESDM Jawa Tengah Wilayah Merapi, Ahmad Surya Subagya menyebut ada tiga faktor yang menyebabkan 12 sumur warga longsor. Ketiganya yaitu kenaikan air tanah yang sangat cepat, struktur tanah, dan konstruksi sumur warga.
"Ini masih kesimpulan sementara. Kita kan, baru ambil data kemarin sama hari ini," katanya saat dihubungi melalui telepon, Kamis (18/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan temuan di lapangan, beberapa hari sebelum ambles, wilayah tersebut diguyur hujan deras hampir setiap hari. Akibatnya, muka air tanah bergeser dari 10 menjadi 3 meter dari permukaan tanah hanya dalam hitungan hari. Pergerakan air yang sangat cepat itu menggerus lapisan pasir yang ada di bawah permukaan tanah di wilayah tersebut.
Apalagi, lapisan pasir di Desa Jungkare, Kecamatan Karanganom tergolong masih muda, sehingga lapisan tersebut masih mengalami fase kompaksi atau pemadatan.
"Di situ kan pasirnya masih termasuk umurnya muda. Itu lapisan vulkanik muda. Jadi masih dinamis. Belum padat," katanya.
Faktor ketiga yang menyebabkan amblesnya sumur warga yaitu konstruksi sumur itu sendiri. Menurut temuan di lapangan, sumur yang longsor dibangun tanpa pondasi yang cukup kuat. Idealnya, sumur harus diperkuat dengan bis beton hingga lapisan tanah yang keras.
"(Sumur yang ambles) bisnya tidak sampai bawah. Tadi teman-teman cek, sumur yang konstruksinya sampai bawah tidak ambles," katanya.
Terkait dentuman, Subagya mengatakan suara tersebut kemungkinan besar adalah suara tanah yang amblas. Karena terjadi di sumur, maka suara tersebut menggema hingga menjadi suara dentuman yang didengar warga.
"Kemungkinan besar karena amblesnya itu. Karena kosong ya, amblesnya bergema. Itu masih dikaji," katanya.
Temuan sementara ini akan dilaporkan ke Dinas ESDM Jawa Tengah di Semarang. Subagya juga mengusulkan penelitian di luar wilayah terdampak untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya fenomena sumur ambles tersebut.
"Nanti kami mengusulkan ke Kepala Dinas. Tergantung dari Semarang. Kan, di sana banyak juga ahli geologi. Kalau dikira memang benar (kemungkinan meluas), kami akan disuruh penelitian. Tapi kalau dikira tidak meluas ya tidak perlu," katanya.
(syd/pmg)