Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Netty Prasetiyani meminta para pengembang menjawab berbagai kritik yang dilayangkan publik terkait Vaksin Nusantara, termasuk mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto yang menginisiasi vaksin tersebut sejak akhir tahun lalu.
Pernyataan ini disampaikan Netty merespons desakan ahli epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, kepada Menkes Budi Gunadi Sadikin untuk menghentikan Vaksin Nusantara demi alasan kepentingan kesehatan masyarakat Indonesia.
Menurut Netty, penjelasan juga harus diberikan untuk mengklarifikasi dugaan bahwa Vaksin Nusantara melawati proses izin dari Komite Etik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Soal permintaan ahli seperti ahli biomolekuler dan vaksinolog agar vaksin nusantara dihentikan karena datanya belum jelas, menurut saya harus dijawab oleh pihak yang terlibat dalam pengembangan vaksin nusantara. Apalagi ada dugaan dilewatinya prosedur izin dari Komite Etik," kata Netty kepada CNNIndonesia.com, Selasa (23/2).
"Pihak yang terlibat harus bisa menjawab tuntutan masyarakat dan para ahli, buktikan dengan data yang transparan bahwa vaksin ini memang aman, dan penelitian serta pengujiannya sesuai standar yang berlaku," imbuhnya.
Ia meminta para pengembang membuka data uji klinis mulai dari kecocokan, keamanan, dan tingkat keampuhan Vaksin Nusantara. Menurutnya, langkah itu penting dilakukan karena publik bertanya-tanya tentang vaksin yang disebut sudah akan masuk uji klinis tahap II itu saat ini.
"Saya mendengar saat ini vaksin nusantara sudah akan masuk uji klinis II, tentu publik bertanya-tanya boleh dong diperlihatkan dan di-update data uji kilinis I-nya, agar ini tidak hanya sekadar klaim tapi bisa dibuktikan dengan data," katanya.
Netty pun meminta semua pihak untuk menahan diri dalam berkomentar maupun membuat pernyataan yang justru memperkeruh suasana. Pasalnya, menurut dia, percakapan publik di media sosial kerap heboh dan viral, tapi tidak mendorong perkembangan perkembangan berarti.
"Saya meminta agar pengembangan vaksin ini bisa fokus dan mengurangi pernyataan-pernyataan yang berlebihan, fokus saja dan kalau memang perlu untuk memberikan informasi perkembangan harus disertai dengan data yang bisa dibuktikan," ucapnya.
Meski begitu, Netty menyatakan mendukung pengembangan vaksin di Indonesia. Menurutnya, Vaksin Nusantara akan menjadi sebuah kebanggaan di tengah perlombaan vaksin di level global jika berhasil nantinya.
"Negara kita masuk ke dalam salah satu negara pembuat vaksin dan bukan sekadar pengimpor vaksin," kata Netty.
(mts/ain)