Hujan Es Guyur Yogyakarta Imbas Awan Cumulonimbus

CNN Indonesia
Rabu, 03 Mar 2021 16:29 WIB
Hujan es mengguyur sejumlah wilayah di Yogyakarta. BMKG menyebut fenomena hujan es terjadi karena kemunculan awan cumulonimbus.
Hujan es mengguyur sejumlah wilayah Yogyakarta. (Foto: dok.istimewa)
Yogyakarta, CNN Indonesia --

Fenomena hujan es dilaporkan terjadi di sebagian wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, Rabu (3/3) siang.

Dari laporan situasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hujan es terjadi pukul 13.15 WIB.

Di Kota Yogyakarta, hujan es terpantau di dua lokasi yakni Kecamatan Gondokusuman dan Jetis. Sementara di daerah Sleman, dilaporkan turun di Kecamatan Sleman, Depok, dan Turi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pradito (29), warga Jlagran, Gedongtengen melaporkan hujan es turun di kawasan Tukangan, Danurejan, Kota Yogyakarta. Turunnya hujan es disertai angin.

"Saya lagi nongkrong bersama teman-teman. Hujan lalu kedengeran suara pletok-pletok dari seng di atas tempat saya nongkrong. Pas dilihat, ada butiran es ukurannya seruas jari," ujarnya saat dihubungi.

Fenomena itu menurutnya hanya bertahan lima menit dan tidak sampai menimbulkan kerusakan atau korban luka.

"Nggak sampai merusak atau melukai kok," tutupnya.

Terpisah, Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas membenarkan hujan es terjadi di beberapa wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.

Dia menyebut fenomena ini masih berpotensi terjadi hingga berakhirnya musim pancaroba, sekitar April 2021.

Reni menjelaskan, fenomena hujan es muncul ketika udara hangat, lembab, dan labil terjadi di permukaan bumi.

Dengan pengaruh pemanasan bumi intensif akibat radiasi matahari, massa udara terangkat ke atmosfer dan mengalami pendinginan.

Setelah terjadi kondensasi akan terbentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus (Cb). Kuatnya energi dorongan ke atas saat terjadi proses konveksi, maka puncak awan sangat tinggi hingga mencapai freezing level.

"Freezing level ini terbentuk kristal-kristal es dengan ukuran yang cukup besar. Saat awan sudah masak dan tidak mampu menahan berat uap air, terjadi hujan lebat disertai es. Es yang turun ini bergesekan dengan udara sehingga mencair dan ketika sampai permukaan tanah ukurannya lebih kecil," papar Reni dalam keterangannya.

Hujan es, lanjut dia, bisa terjadi di wilayah sub tropis maupun tropis, area perkotaan maupun dataran tinggi. Hujan es ini sifatnya lokal selama ada pertumbuhan awan cumulonimbus lebih dari sepuluh kilometer.

"Dan yang terpenting di wilayah tersebut tumbuh awan. Jika ada awan CB, kemudian kondisi dinamika atmosfer mendukung, maka hujan es dapat terjadi," pungkasnya.

(kum/psp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER