Kemenkes Tak Jamin Kemanjuran Vaksin Atasi Varian Corona B117
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan sejauh ini pemerintah belum bisa menjamin apakah varian baru virus corona B117 berpengaruh terhadap kemanjuran dan efektivitas vaksin asal perusahaan China, Sinovac.
Nadia mengatakan pihaknya masih harus menunggu hasil penelitian dari tim uji klinis vaksin Sinovac Universitas Padjajaran dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Secara khusus kita tidak ada penelitian untuk melihat efektivitasnya, tapi BPOM tentunya memantau hal ini ya," kata Nadia melalui pesan singkat, Kamis (4/3).
Namun begitu, bila melihat perkembangan global, Nadia mengatakan sejauh ini belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa varian baru corona asal Inggris itu berpengaruh terhadap kinerja vaksin.
Badan Kesehatan Dunia (WHO), kata Nadia, juga belum merilis temuan resmi perihal merek vaksin yang tidak bisa mengatasi strain baru virus corona. Oleh sebab itu, ia meminta publik untuk tetap menunggu.
"Saat ini WHO belum ada bukti bahwa vaksin yang ada tidak efektif," imbuhnya.
Hal serupa juga dikatakan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Pada Selasa (2/3) lalu, Budi menyampaikan hingga saat ini belum ada jurnal terkemuka di dunia yang memuat hasil riset para ahli tentang pengaruh varian corona B117 terhadap kemanjuran vaksin.
Namun demikian, Ketua Tim Riset Uji Klinis Covid-19 Sinovac dari Universitas Padjadjaran Kusnandi Rusmil mengatakan bila varian ini sudah terlalu jauh dari sifat virus yang asli, maka ada kemungkinan vaksin tak lagi efektif untuk menangkal virus corona.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad itu menjelaskan bahwa mutasi virus Inggris itu tidak lebih ganas, namun kecepatan penularannya memang diakui tinggi.
Sementara itu, epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono mengklaim vaksin yang ada saat ini masih bisa mengatasi varian baru corona B117. Ia menyebut efektivitas vaksin terhadap varian itu sudah terbukti.
Meski demikian, Pandu mengingatkan agar tetap mewaspadai varian baru virus corona lainnya. Ia mencontohkan varian baru virus corona yang ditemukan di Afrika Selatan.
Pemerintah resmi mengumumkan telah mengidentifikasi dua kasus B117 di Indonesia. Keduanya merupakan kasus impor karena datang dari dua WNI Indonesia yang pulang dari Saudi Arabia. Mutasi virus yang diketahui pertama kali ditemukan di Inggris itu kini telah menyebar di lebih dari 33 negara.
(khr/pmg)