Mutasi virus corona B.1.1.7. yang pertama kali ditemukan di Inggris dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Mutasi itu ditemukan setelah pemerintah melakukan Whole Genome Sequence (WGS) terhadap ratusan sampel di Indonesia.
Ada beberapa hal penting yang diketahui tentang varian tersebut. Sebab, varian itu telah mendapat perhatian serius dari Badan Kesehatan Dunia dan seluruh negara, termasuk Indonesia.
Ilmuwan telah menyatakan bahwa varian B.1.1.7., yang dikenal karena susunan molekulernya, 30 hingga 70 persen lebih mudah ditularkan daripada versi asli virus yang menyebabkan Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir Washington Post, para ilmuwan juga mengatakan varian itu mungkin 30 hingga 70 persen lebih mematikan berdasarkan studi lanjutan dengan sampel jauh lebih besar yang dilakukan pemerintah Inggris.
Melansir CDC, B.1.1.7. mengalami mutasi pada reseptor binding domain (RBD) protein spike pada posisi 501, dimana asam amino asparagine (N) telah diganti dengan tirosin (Y). Singkatan dari mutasi itu adalah N501Y.
Melansir American Society for Microbiology, mutasi N501Y menyebabkan perubahan asam amino dari asparagin menjadi tirosin pada posisi 501 dalam domain pengikat reseptor protein lonjakan.
Mutasi itu telah terbukti meningkatkan kemampuan protein lonjakan virus corona berikatan dengan reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE 2), yang memediasi masuknya virus ke dalam sel manusia.
Melansir Prevention, belum ada laporan bahwa varian B.1.1.7. mempengaruhi efektivitas vaksin. Vaksin Moderna dan Pfizer mengklaim vaksin mereka efektif hingga 95 persen terhadap B.1.1.7..
Melansir Bio World, vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford juga diklaim efektif 70-80 persen terhadap varian baru B.1.1.7..
Sedangkan vaksin Sinovac yang digunakan untuk vaksinasi di dalam negeri belum melaporkan bahwa vaksinnya efektih melawan varian B.1.1.7..
Melansir Forbes, Johnson & Johnson (J&J) cukup efektif sekitar 70 persen. Sedangkan Novavax mampu memberikan perlindungan terhadap varian yang lebih baru B.1.1.7 sebesar 85.6 persen berdasarkan jurnal yang diterbitkan di BMJ.
Di sisi lain, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan belum ada penelitian ilmiah yang menyatakan vaksin covid-19 sat ini tak efektif melawan mutasi virus SARS-CoV-2 B117.
Menurutnya, berdasarkan jurnal terkemuka di dunia yang dibaca belum terdapat ahli yang mengatakan bahwa vaksin tidak bisa mengatasi strain baru virus corona.
"Saya belum lihat (penelitian) ilmiah yang mengatakan bahwa vaksin yang ada sekarang tidak bisa melawan B117," kata Budi dalam tayangan di CNN Indonesia TV, Selasa (2/3).