Data BBWSCC: 196 Banjir di Jabodetabek Januari-Februari 2021

CNN Indonesia
Kamis, 18 Mar 2021 00:59 WIB
Mobil-mobil terendam banjir di jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, Sabtu, 20 Februari 2021.(CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) mencatat, ada sebanyak 196 perisitwa banjir yang merendam sejumlah wilayah di DKI Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) selama kurun waktu dua bulan, Januari-Februari 2021.

Kepala BBWSCC Bambang Heri Mulyono mengatakan banjir tersebut disebabkan sejumlah faktor yakni mulai dari limpasan air, drainase atau saluran air yang tak berfungsi, tanggul jebol, hingga rob (luapan air dari laut).

"Dari hasil inventarisasi kami, selama tahun 2021 ini dari Januari sampai Februari itu kami rekam ada 196 kejadian banjir yang penyebabnya macam-macam, kata Heri dalam diskusi daring, Rabu (17/3).

Selama kurun waktu tersebut, kata Heri, curah hujan tertinggi yang menyebabkan banjir terjadi pada 20 Februari lalu. Hujan di tanggal tersebut, ujarnya, banyak terjadi di wilayah tengah seperti Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Jakarta Timur.

Dalam presentasi yang ia tampilkan, Jakarta Selatan menjadi wilayah yang paling banyak terendam mencapai 72 titik banjir. Disusul Jakarta Barat sebanyak 71 titik, Jakarta Timur 42 titik, Jakarta Utara enam titik, dan Jakarta Pusat lima titik.

"Penyebabnya juga karena limpasan, kemudian karena drainase juga. Dan kemudian juga karena tanggul yang jebol itu ada 5 titik, itu sedikit gambaran banjir yang terjadi," katanya.

Heri menjelaskan, untuk menanggulangi banjir di Jabodetabek hingga saat ini pihaknya masih menggunakan cara lama. Kata dia, penanganan banjir berdasarkan wilayah dibagi menjadi tiga: hulu, tengah, hingga hilir.

Di hulu kata Heri, penanggulangan banjir oleh BBWSCC masih menggunakan sejumlah cara seperti penanaman pohon, bendungan, cekdam, situ, hingga embung. Model penanganan banjir dengan cara tersebut berguna untuk menahan air selama mungkin saat turun hujan, hingga air mengalir.

Cara itu, kata Heri, hampir serupa dilakukan dengan model penanganan banjir di wilayah tengah. Termasuk dengan upaya melakukan normalisasi sungai.

Kemudian di bagian hilir, banjir bisa dicegah dengan antara lain dengan pembangunan tanggul termasuk. Namun, ia ingin aliran air di bagian hilir juga bisa cepat dialirkan ke laut. Menurut Heri, satu hal penting yang harus dilakukan adalah membangun tanggul di wilayah Utara Jakarta," katanya.

"Satu hal lagi, yang kami bangun adalah tanggul-tanggul pantai. Mengingat, di bagian Utara Jakarta ini terjadi penurunan muka tanah yang cukup signifikan," katanya.

(thr/kid)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK