Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengubah pola pembangunan kota menjadi transit oriented development (TOD). Pola ini bertujuan agar pembangunan merata di seluruh wilayah.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan selama ini pola pembangunan di Jakarta berorientasi kendaraan pribadi atau car oriented development (COD).
"Perubahan kebijakan mendasar yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak 2018 adalah mengubah paradigma pembangunan sebelumnya adalah car oriented develpoment menjadi transit oriented development secara utuh," kata Syafrin dalam seminar virtual, Rabu (24/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pola pembangunan TOD merupakan salah satu pendekatan pembangunan yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan umum seperti TransJakarta, KRL, MRT, LRT, hingga dilengkapi jaringan pejalan kaki maupun pesepeda.
Sementara, menurut Syafrin, sebelum 2018 pola pembangunan Jakarta masih berorientasi kendaraan pribadi. Ini berdampak kepada disintegrasi antarmoda angkutan massal dengan tata ruang dan pembangunan yang condong berpihak pada kendaraan pribadi.
Menurut dia, pola pembangunan itu memiliki konsekuensi kemacetan lalu lintas yang sangat parah dan ketidaksetaraan pertumbuhan masyarakat serta degradasi lingkungan.
Oleh sebab itu, menurutnya, Pemprov DKI mulai mengubah pola pembangunan kota menjadi transit oriented development yang mengakibatkan urban sprawl atau penyebaran perkotaan dan melebar ke area Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
"Orientasi kepada kendaraan pribadi ini mulai diubah dengan memberikan prioritas kepada pejalan kaki dan wujud dari kebijakan mendasar ini maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan perubahan prioritas penanganan transportasi di DKI Jakarta dengan menempatkan pejalan kaki menjadi urutan pertama," jelas dia.
Kepala Dinas Bina Marga Hari Nugroho dalam kesempatan itu juga mengatakan, pola pembangunan tersebut mengharuskan pembangunan sistem transportasi yang berkelanjutan dari 2019 hingga 2030. Hal ini juga berkaitan dengan pembangunan infrastruktur berkelanjutan dalam kota untuk mendukung transportasi.
Menurutnya, untuk menjadi kota modern, hal yang pertama menjadi prioritas adalah para pejalan kaki dengan memperbanyak jalur pedestrian.
"Prioritas pertama memperbanyak pedestrian. Kita punya kriteria pemilihan lokasi, yang pertama adalah aksesibilitas dan mobilitas pergerakan orang, kedua integrasi antar moda transportasi, yang ketiga aktivitas kawasan, dan yang keempat adalah ruang milik jalan di dalam perencanaan," ujar Hari.
Oleh sebab itu, menurut hari, Pemprov DKI pada tahun ini menargetkan revitalisasi trotoar sepanjang 26 kilometer. Hari mengatakan angka tersebut masih jauh dibanding dari tahun sebelumnya.
Ia menjelaskan, target itu berkurang karena kondisi keuangan Pemprov DKI terganggu akibat pandemi Covid-19. "Ini masih jauh, tapi kondisi keuangan di samping 26 ini, kita akan bangun dari dana yang lain," imbuhnya.
Adapun, rencana pembangunan trotoar pada 2021 yakni:
1. Jl Senopati, Jl Suryo Jakarta Selatan
2. Jl Tebet Raya Lanjuta, Jakarta Selatan
3. Jl Wolter Monginsidi, Jakarta Barat
4. Kawasan Puri, Jakarta Barat
5. Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat
6. Jl Layur, Jakarta Timur
7. Area sekitar Jakarta International Satidum, Jakarta Utara.