Epidemiolog Kritik GeNose di Bandara: Potensi Covid Naik
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono menilai penggunaan alat deteksi virus corona (Covid-19), GeNose, sebagai syarat perjalanan di bandara akan berpotensi meningkatkan kasus covid-19 di Indonesia.
Pandu meminta screening covid-19 di titik sentra transportasi hanya perlu menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR), tes cepat molekuler (TCM), dan rapid test antigen.
"Kenapa sih dipakai GeNose, karena sudah ada yang lebih akurat ya pakai PCR, atau antigen yang lebih murah dari PCR bisa membantu. Masalahnya GeNose lebih murah, tapi tidak ada yang menganjurkan memakai GeNose," kata Pandu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (31/3).
Pemerintah diketahui mulai memberlakukan tes GeNose C19 untuk perjalanan udara dan laut pada 1 April. Artinya selain tes RT-PCR dan rapid antigen, masyarakat juga dapat menggunakan hasil negatif dari tes GeNose C19.
Pandu menjelaskan GeNose belum terbukti ilmiah dapat mendeteksi Covid-19, sehingga penggunaannya masih diragukan, selain dapat berdampak pada penularan Covid-19 yang lebih lebih luas.
Selain itu, GeNose disebut bisa mendeteksi senyawa volatile organic compound (VOC) yang merupakan hasil produksi infeksi Covid-19. Namun, menurutnya, belum dapat dibuktikan apakah setiap infeksi Covid-19 mengandung VOC.
"GeNose tidak mendeteksi virus, dia hanya mendeteksi udara senyawa VOC itu. Jadi itu katanya kalau pola baunya gini dia kemungkinan covid-19, tapi masih kemungkinan, lalu orang merokok tidak akurat," jelasnya.
Dengan kondisi itu, Pandu khawatir GeNose akan banyak melahirkan false negatif covid-19, alias banyak orang yang seharusnya positif covid-19, namun tidak terdeteksi pada alat buatan peneliti Universitas Gadjah Mada itu.
Pandu juga mengaku sejauh ini sama sekali tidak menemukan karya ilmiah yang memuat hasil penelitian alat tersebut. Padahal, menurutnya alat tersebut perlu ditinjau oleh peneliti lain agar benar-benar akurat ketika digunakan di lapangan.
"Yang paling bahaya false negatif, dia membawa virus dan bebas bepergian kemana saja, lalu menularkan orang yang ditemui, di kampung misalnya," kata Pandu.
Ia juga menyoroti opsi tes covid-19 namun di saat bersamaan juga mengeluarkan larangan mudik 6-17 Mei mendatang. Pandu menilai upaya pemerintah dalam mengendalikan pandemi covid-19 justru sangat kontradiktif.
"Jadi sama saja membantu penyebaran virus. Jangan dimudahkan, apalagi ada diskon pesawat nanti. Kita harusnya waspada, jangan menggunakan alat screening yang tidak akurat. Kalau itu dipakai, pasti dari segi bisnis, ada konflik kepentingan," pungkasnya.
Sebelumnya alat tes covid-19 menggunakan GeNose sudah diterapkan di sejumlah stasiun. Penumpang dapat memilih menggunakan hasil tes PCR, rapid test antigen, maupun tes GeNose.
Namun demikian, tiga opsi persyaratan pelaku perjalanan itu tidak berlaku khusus untuk perjalanan rutin di Pulau Jawa dengan moda transportasi laut yang bertujuan melayani pelayaran lokasi terbatas antarpulau, atau antar pelabuhan domestik dalam satu wilayah aglomerasi.
Mereka tidak diminta membawa surat screening covid-19 sebagai syarat perjalanan, namun Satgas Covid-19 daerah akan melakukan tes secara acak, apabila dianggap perlu.
Adapun aturan surat negatif Covid-19 ini hanya berlaku untuk remaja dan orang dewasa. Anak-anak di bawah usia 5 tahun tidak wajib melakukan tes PCR, rapid test antigen, maupun GeNose.
(khr/pris)