Ridwan Kamil Harap Proyek Bukit Algoritma Tak Sekadar Gimik
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berharap proyek Bukit Algoritma yang disebut-sebut bakal jadi Silicon Valley Indonesia tak sekadar gimik.
Dia mengatakan Silicon Valley di Amerika Serikat sukses setelah memenuhi beberapa syarat, yaitu integrasi antara universitas, industri, dan lembaga finansial.
"Kenapa Silicon Valley sukses? Saya kasih tahu, karena di sana (Amerika Serikat) ada kumpulan universitas berdekatan dengan kumpulan industri, berkumpul dengan finansial institusi. Kalau tiga poin tadi tidak hadir dalam satu titik, yang namanya istilah Silicon Valley itu hanya 'gimmick-branding' saja," ujarnya di Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, dikutip detikcom, Senin (12/4).
Pria yang akrab disapa Emil itu berharap tiga komponen pendukung itu dihadirkan, yakni universitas untuk riset, industri yang memanfaatkan riset menjadi barang maupun inovasi, serta ada pembiayaan dari investor.
Meski begitu, dia mendukung upaya perusahaan pelat merah PT Amarta Karya (Persero) untuk mewujudkan proyek Silicon Valley ala Indonesia.
"Niatnya saya respons, saya dukung, tapi hati-hati kepada semua orang yang sedikit-sedikit bilang mau bilang bikin Silicon Valley, ukurannya ada tiga yang tadi," ujarnya.
PT Amarta Karya (Persero) telah menekan kontrak pekerjaan pengembangan rencana kawasan ekonomi khusus (KEK) pengembangan teknologi dan industri 4.0. Penandatangan itu dilakukan oleh Direktur Utama Amarta Karya Nikolas Agung, Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko, dan Direktur Utama PT Bintang Raya Lokalestari Dhanny Handoko, Rabu (7/4).
Proyek ini akan dibangun di lahan seluas 888 hektare di Cikidang dan Cibadak Sukabumi, Jawa Barat. Amarta Karya bertindak sebagai mitra yang membangun Bukit Algoritma.
Nilai total proyek diperkirakan bakal menghabiskan 1 miliar euro atau setara dengan Rp18 triliun untuk tahap awal pembangunan selama tiga tahun ke depan.
Dana sebesar itu antara lain akan digunakan untuk peningkatan kualitas ekonomi 4.0, peningkatan pendidikan dan penciptaan pusat riset dan development hingga meningkatkan sektor pariwisata di kawasan tersebut.
Budiman Sudjatmiko memastikan dana Rp18 triliun itu tidak berasal dari APBN, tapi dari investor, baik dalam maupun luar negeri.
"Kami punya ide, kami tawarkan ke investor. Kemudian banyak investor dalam dan luar negeri tertarik. Kemudian dipercayakan kepada kami, kami kemudian cari kontraktor," ujar Budiman yang juga ketua pelaksana PT Kiniku Bintang Raya kepada CNNIndonesia.com Sabtu (10/4).
(detik/pmg)