Menkes Akui Indonesia Terlambat Wujudkan Kemandirian Vaksin

CNN Indonesia
Selasa, 13 Apr 2021 13:05 WIB
Indonesia kini harus bersiap menghadapi kendala stok vaksin yang saat ini menjadi rebutan banyak negara.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa Indonesia cukup terlambat dalam mewujudkan resiliensi dan kemandirian vaksin. (Foto: Biro Setpres/Rusman)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa Indonesia terlambat dalam mewujudkan resiliensi dan kemandirian vaksin dengan cara mengembangkan sekaligus memproduksi secara massal vaksin Covid-19 karya anak bangsa.

Akibatnya, Indonesia kini harus bersiap menghadapi kendala ketersediaan alias stok vaksin yang saat ini menjadi rebutan banyak negara. Indonesia juga diketahui terdampak embargo vaksin dari India yang mengakibatkan kehilangan 10 juta dosis vaksin gratis dari kerja sama multilateral GAVI pada April 2021.

"Kita walaupun agak terlambat, ya kita lakukan sekarang. Karena kita sangat membutuhkan vaksin-vaksin asli Indonesia agar bisa mengatasi masalah resiliensi," kata Budi dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Badan POM RI, Selasa (13/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi pun mengaku pihaknya sangat mendukung segala jenis penelitian yang dilakukan para ahli akademisi hingga perguruan tinggi di Indonesia. Dukungan itu salah satunya diwujudkan dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp400 miliar untuk penelitian Covid-19 pada 2021.

Selain itu, Budi juga meminta dukungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk tetap bekerja secara independen dan mengawasi sekaligus mengevaluasi seluruh penelitian tentang vaksin maupun obat Covid-19 ini.

Mantan wakil menteri BUMN itu meminta segala bentuk penelitian tetap berdasarkan kaidah dan etika penelitian mulai dari uji praklinik, uji klinis hingga post marketing.

"Saya mendengar bahwa di setiap penelitian, ada namanya lembah kematian, di mana hasil penelitian itu kemudian gagal terealisasi. Nah, itu salah satu tugas negara, kita menggandeng para peneliti melewati lembah kematian dengan aman," jelasnya.

Infografis Vaksin yang Ditetapkan PemerintahInfografis Vaksin yang Ditetapkan Pemerintah. (Foto: Dok. KPC PEN)

Indonesia saat ini tengah mengembangkan vaksin karya anak bangsa yang dinamai vaksin Merah Putih. Sejauh ini, ada enam institusi atau lembaga yang ikut mengembangkan vaksin tersebut dengan platform yang berbeda. Di antaranya Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gadjah Mada.

Untuk Eijkman, vaksin dengan subunit protein rekombinan itu saat ini tengah dalam riset pengembangan dan persiapan uji hewan untuk proof of concept. Selanjutnya vaksin dari Unair yang mengembangkan metode inactivated virus dan Adenovirus masuk tahapan pre klinis, persiapan uji klinis dan produksi biji vaksin.

LIPI dengan metode protein rekombinan saat ini dalam proses transfeksi ke dalam sel mamalia dan karakterisasi protein. Kemudian, ITB dengan metode sub-unit protein rekombinan dan Adenovirus vector masuk tahap purifikasi protein subunit dan produksi vektor adenovirus.

Dua yang lain, yakni UI dengan metode pengembangan DNA dan mRNA telah memasuki riset pengembangan dan persiapan uji hewan, sementara terakhir dari UGM dengan subunit protein rekombinan memasuki tahapan pengembangan DNA sintetik ke vektor prokariotik dan sel mamalia.

Dari keenam vaksin itu, pemerintah menargetkan dua paling tercepat untuk diberikan izin penggunaan darurat (EUA) hingga produksi massal adalah vaksin merah putih dari Eijkman dan Unair.

(khr/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER