Bappeda Jabar Belum Tahu Rencana Bukit Algoritma di Sukabumi

CNN Indonesia
Selasa, 13 Apr 2021 16:06 WIB
Bappeda Jabar mengatakan sejauh ini tak ada paparan ke pihaknya mengenai rencana proyek Bukit Algoritma di Sukabumi yang digadang-gadang jadi Silicon Valley.
Kompleks Gedung Sate, Kota Bandung, yang menjadi perkantoran Pemprov Jawa Barat. (ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI)
Bandung, CNN Indonesia --

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat menyatakan belum mengetahui terkait rencana proyek Bukit Algoritma di Cikidang dan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat yang digadang sebagai Silicon Valley ala Indonesia.

Kepala Bappeda Jabar Ferry Sofwan Arif mengaku pihaknya belum bertemu apalagi membicarakan dengan pihak manapun termasuk pengembang mengenai proyek tersebut.

"Belum ada sejauh ini (paparan Bukit Algoritma)," kata Ferry saat dihubungi, Selasa (13/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Ferry, detail proyek pembangunan yang rencananya akan didirikan di lahan seluas 800 hektare ini juga belum diungkap pihak terkait kepada pihaknya.

"Untuk aktivitas seluas itu kan membutuhkan lahan, dan perusahaan harus melihat dulu lahannya seperti apa. Seharusnya datang ke Bappeda daerah dan provinsi untuk peruntukan lahan," ujarnya.

Ferry mengatakan seharusnya untuk proyek besar butuh banyak kajian terlebih dulu, termasuk soal ketersediaan lahan.

Menurutnya, lahan yang dipakai untuk sebuah proyek akan diperhitungkan apakah dekat dengan pertanian atau akses lainnya. Kemudian, perlu dikaji apakah lahan di sana berupa kawasan tegalan atau tidak.

Oleh karena itu, lanjut Ferry, butuh kajian yang luas termasuk dampak pada perekonomian masyarakat hingga berbagai izin pembangunan.

"Kalau kita di Jabar mungkin melihatnya sepanjang berbagai ketentuan diikuti kenapa tidak dan tentu kaitan ke depannya akan menyerap tenaga kerja dan lain-lain. Butuh studi dan ini tidak gampang," tuturnya.

Saat ditanya soal kemungkinan Bukit Algoritma menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK), Ferry menyatakan kepastian tersebut tidak bisa asal diputuskan. Suatu kawasan bisa masuk dalam KEK, kata dia, harus sesuai arahan dari pemerintah di bawah komando Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Diketahui, hingga saat ini di wilayah Jabar baru ada satu KEK yakni pembangunan kawasan Lido yang berada di Kabupaten Bogor.

"Jadi memang panjang, itu nanti ditentukan oleh peraturan presiden juga," ujar Ferry.

Ferry juga mengingatkan pelaku usaha atau pemegang proyek seharusnya bisa merahasiakan status kawasan khusus. Dengan luas lahan yang dibutuhkan, kata dia, khawatirnya ada makelar tanah yang membuat lahan di kawasan tersebut tiba-tiba melonjak harganya sebelum pembangunan dimulai.

"Di kita banyak spekulan. Ini harga bisa naik, tidak sehat juga," ujarnya.

Ferry lantas mengingatkan kepada pihak manapun yang akan membangun kawasan megah di Jabar agar bisa berkoordinasi terlebih dulu dengan pemerintah daerah mulai dari kota, kabupaten, dan provinsi.

Sebelumnya, PT Amarta Karya (Persero) dinyatakan telah meneken kontrak pekerjaan pengembangan rencana kawasan ekonomi khusus (KEK) pengembangan teknologi dan industri 4.0. Penandatangan itu dilakukan Direktur Utama Amarta Karya Nikolas Agung, Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko, dan Direktur Utama PT Bintang Raya Lokalestari Dhanny Handoko, Rabu (7/4).

Proyek tersebut akan dibangun di lahan seluas 888 hektare di Cikidang dan Cibadak Sukabumi, Jawa Barat. Amarta Karya bertindak sebagai mitra yang membangun Bukit Algoritma. Nilai total proyek diperkirakan bakal menghabiskan 1 miliar euro atau setara dengan Rp18 triliun untuk tahap awal pembangunan selama tiga tahun ke depan.

Dana sebesar itu antara lain akan digunakan untuk peningkatan kualitas ekonomi 4.0, peningkatan pendidikan dan penciptaan pusat riset dan development hingga meningkatkan sektor pariwisata di kawasan tersebut.

Eks Anggota DPR, Budiman Sudjatmiko, memastikan dana Rp18 triliun itu tidak berasal dari APBN, tapi dari investor, baik dalam maupun luar negeri.

"Kami punya ide, kami tawarkan ke investor. Kemudian banyak investor dalam dan luar negeri tertarik. Kemudian dipercayakan kepada kami, kami kemudian cari kontraktor," ujar Budiman yang juga ketua pelaksana PT Kiniku Bintang Raya kepada CNNIndonesia.com Sabtu (10/4).

Adapun rencana proyek tersebut juga ditanggapi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Ia berharap proyek Bukit Algoritma yang disebut-sebut bakal jadi Silicon Valley Indonesia jangan sekadar gimik. Pria yang akrab disapa Emil itu berharap tiga komponen pendukung itu dihadirkan, yakni universitas untuk riset, industri yang memanfaatkan riset menjadi barang maupun inovasi, serta ada pembiayaan dari investor.

"Niatnya saya respons, saya dukung, tapi hati-hati kepada semua orang yang sedikit-sedikit bilang mau bilang bikin Silicon Valley, ukurannya ada tiga yang tadi," ujarnya di Bandung kemarin.

(hyg/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER