Wabup Duga Raksa Digunakan di Tambang Emas Pohon Batu Maluku

CNN Indonesia
Jumat, 16 Apr 2021 23:48 WIB
Wakil Bupati Maluku Tengah mengungkapkan dugaan air raksa digunakan di tambang emas warga di pesisir pantai Pohon Batu, Desa Tamilouw, Kecamatan Amahai.
Warga masih berburu emas di Pantai Pohon Batu, Desa Tamilou, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah. (CNN Indonesia/Said)
Ambon, CNN Indonesia --

Wakil Bupati Maluku Tengah Marlatu Leleury mengatakan kemungkinan air raksa atau merkury sudah digunakan di tambang emas Pohon Batu Desa Tamilouw, Kecamatan Amahai.

"Masyarakat di sana belum tahu apa itu air raksa. Air raksa itu merkuri, karena mereka tidak tahu. Dan mungkin saja mereka sudah gunakan," ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (15/4).

"Dampaknya besar kalau air keras digunakan, terutama berbahaya bagi penambang hingga anak cucu bisa cacat," sambungnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Leleury mengatakan bilamana tambang emas liar itu terus dibiarkan terbuka, warga yang menggali material pasir dari bibir pantai bisa meluas ke jalan raya. Keramaian warga itu, sambungnya, bisa membuat jalan antarkabupaten di di daerah itu terputus.

"Jangan hanya kepentingan ekonomi sesaat terus mengorbankan jalan raya atau aset negara ambruk, saya dengar mereka sudah menambang hingga ke jalan," ucapnya seraya geleng-geleng kepala.

Selain khawatir akan dampak pada akses di jalan antarkabupaten tersebut, Leleury juga mengaku Pemkab Maluku Tengah merisaukan dampak pada kesehatan warga yang rajin mendulang emas di Pohon Batu tersebut.

"Terpenting mencegah bahaya pencemaran lingkungan dari kejahatan merkuri dan sianida , terutama penambang karena khawatir mereka menggunakan air raksa yang berdampak lingkungan," tuturnya.

Politikus PDIP itu menerangkan belum lama ini tim dari Universitas Pattimura turun meneliti tambang emas Pohon Batu, mereka pun mengimbau masyarakat untuk menjauhi lokasi untuk sementara.

Kepala Seksi Perencanaan Kajian dan Dampak Lingkungan Kabupaten Maluku Tengah Mei Fiana Cayaninggrum mengatakan selama mengawasi terhadap dampak lingkungan belum sempat temukan zat kimia merkuri dan sianida.

Dinas Lingkungan Hidup setempat sendiri sudah mengambil sampel air laut untuk meneliti kadar airnya mengandung kimia atau tidak, namun hingga saat ini hasil sampelnya belum keluar.

Mereka, juga membatasi penambang yang mengambil material pasir hingga ke jalan dengan penempatan petugas Babinsa dan Bhabinkamtibmas. UTy dukajyjab agar warga tak menggali material emas hingga ke jalan yang mengakibatkan jalan ambrol karena memasuki musim penghujan.

"Dampaknya sangat besar kalau tidak ada pembatasan mengambil material pasir, satu caranya penempatan Polisi dan TNI agar mereka mencegat warga tak menggali melebihi batas larangan,"pintanya. 

(sai/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER