Cermin Buram Pandemi: Antigen Bekas - WNA Bebas Karantina
Covid-19 masih jadi ancaman kesehatan di Indonesia. Sejak mewabah pada Maret 2020 lalu, Covid-19 telah menewaskan hingga 45.334 orang di Indonesia, angka kasus positif pun masih terus bertambah hingga hari ini.
Virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 juga terus bermutasi seiring penyebarannya di seluruh dunia. Beberapa varian corona jenis baru seperti B117 asal Inggris dan E484K asal India disebut lebih menular, dan ditakutkan bisa mempengaruhi efektivitas vaksin Covid-19 yang ada.
Selain waspada pada mutasi baru, Indonesia sendiri masih terus berupaya menekan laju penularan Covid-19 dengan kampanye protokol kesehatan dan vaksinasi. Meski angkanya kian hari terus bertambah di kisaran 5.000-an kasus per hari.
Di samping itu, mencontoh India, Indonesia juga sedang berupaya menghindari lonjakan kasus akibat hari besar keagamaan yakni Idulfitri yang jatuh pada pertengahan Mei ini.
Namun tampaknya pengendalian Covid-19 di Indonesia masih akan memakan waktu lama. Sebabnya masih banyak kelalaian dan kecurangan dalam penanganan pandemi di dalam negeri. Minimnya pengawasan pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 juga jadi sebab kecurangan-kecurangan tersebut.
-Kasus antigen bekas
Salah satu bentuk minimnya kecurangan dalam penanganan pandemi yaitu ditemukannya praktik antigen bekas pakai di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Praktik antigen bekas ini diungkapkan Ditreskrimsus Polda Sumut telah berlangsung sejak Desember 2020. Diprediksi, ada lebih dari 9.000 orang yang melakukan tes antigen di bandara ini menggunakan alat bekas pakai orang lain.
Polda Sumut menyatakan Plt Business Manajer Laboratorium Kimia Farma Medan berinisial PM yang juga Kepala Layanan Kimia Farma Diagnostik Bandara Kualanamu sebagai tersangka. Selain PM, ada 4 tersangka lainnya yakni SR selaku kurir, DJ sebagai customer service, M selaku admin, dan R karyawan tidak tetap kimia farma.
Penggunaan antigen bekas pakai tentunya berbahaya bagi kesehatan. Selain hasil tes yang bisa keliru, penggunaan alat swab bekas yang sudah diusapkan pada hidung atau tenggorok seseorang bisa menularkan penyakit lain tanpa diketahui.
"Kita khawatirkan justru penyakit-penyakit yang ada di orang lain akan tertular kepada yang diperiksa dengan bahan daur ulang," kata Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Daeng M. Faqih, melalui CNN TV, Jumat (30/4).