Menyorot Pengadaan 25 Ribu Senapan Serbu untuk Latihan Komcad

CNN Indonesia
Jumat, 07 Mei 2021 06:20 WIB
Ilustrasi senapan serbu buatan PT Pindad untuk Komponen Cadangan yang digagas Kemenhan (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerhati Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi mengkritisi pembuatan 25 ribu pucuk senapan serbu jenis SS2-V5 A1 oleh PT. Pindad untuk menunjang pelatihan Komponen Cadangan (Komcad) Kementerian Pertahanan.

Khairul mengetahui bahwa Kemenhan ingin merekrut 25 ribu Komcad sepanjang 2021. Namun dia menekankan bahwa pada gelombang pertama pendaftaran, Kemenhan hanya membuka 2.500 orang, tidak langsung 25 ribu.

"Angka 25 ribu itu adalah jumlah personel Komcad yang akan direkrut, sesuai rencana awal. Jika senpi itu diadakan hanya untuk pelatihan, apakah perlu sampai sejumlah itu?" kata Khairul saat dihubungi, Kamis (6/5).

"Apakah kemarin itu asumsinya bahwa komcad ini akan dilatih secara serentak dalam jumlah itu sekaligus?" lanjutnya.

Khairul juga mengatakan bahwa pelatihan Komcad akan menyesuaikan dengan jadwal pendidikan reguler bagi militer prajurit TNI. Komcad baru bisa diberikan pelatihan saat ada waktu kosong dari jadwal pendidikan militer prajurit TNI.

Oleh karena itu, pembelian senjata 25 ribu sekaligus menjadi pertanyaan karena kecil kemungkinan langsung dipakai secara bersamaan. Terlebih, setiap lokasi pelatihan militer milik TNI juga sudah mempunyai stok senjata untuk latihan.

"Perlukah sampai melakukan pengadaan senpi secara khusus untuk komcad? Saya kira tidak. Mengapa? Karena tiap-tiap lembaga itu saya kira rata-rata sudah memiliki fasilitas senjata api sesuai daya tampung atau kapasitasnya," kata Khairul.

"Walaupun senjata-senjata yang tersedia itu bukan varian terbaru seperti SS2-V5 A1 ini, tapi masih sangat layak digunakan," sambungnya.

Hal lain yang disorot Fahmi yakni ihwal kapan senjata-senjata tersebut digunakan. Dia mengatakan bahwa Komcad memiliki masa aktif dan tidak aktif. Masa aktif yakni saat Komcad diberikan pelatihan dan menggunakan senjata.

Masa tidak aktif yakni ketika selesai menjalani pelatihan dan dimobilisasi. Dia cemas senjata yang sudah dipesan hanya dipakai untuk latihan, karena Komcad yang telah dilatih belum diketahui kapan mulai dimobilisasi.

"Kapan seorang personel Komcad dimobilisasi? Ya tergantung kebutuhan terhadap ancaman.Bisa dalam waktu dekat, masih lama atau bahkan bisa jadi mereka tak akan pernah dimobilisasi dan diaktifkan sama sekali hingga masa pengabdian Komcad-nya berakhir pada usia 48 tahun," ucap Khairul.

"Artinya, selain pada saat pelatihan Komcad, senjata-senjata tersebut bisa dibilang belum tentu akan digunakan," katanya. 

Menurut Khairul, lebih baik pengadaan senapan serbu untuk Komcad dilakukan lewat skema tertentu. Tidak langsung sekaligus.

Dengan begitu, anggaran yang tersedia juga bisa digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan terkait alutsista yang lain.

Berbeda halnya jika pengadaan senapan serbu itu memang bagian dari upaya modernisasi atau peremajaan alutsista TNI. Menurutnya itu akan lebih mudah dipahami maksud dan tujuan pengadaan senjata.

"Beda halnya jika pembelian senapan serbu itu sejak awal diklaim sebagai bagian dari upaya modernisasi dan peremajaan alutsista TNI terutama di lembaga-lembaga pendidikan militer (tidak semata-mata untuk Komcad), tentu saja pengadaan ini menjadi lebih mudah dipahami," kata Fahmi.

Direktur Utama PT Pindad Persero Abraham Moose telah memastikan 25 ribu pucuk senjata api jenis SS2-V5 A1 rampung dibuat. Pada bulan lalu, Kemenhan menyatakan senjata itu hanya akan digunakan untuk latihan. Tidak akan diperkenankan untuk dibawa pulang.

Sebanyak 25 ribu senapan serbu itu sengaja dibuat untuk memenuhi pesanan Kementerian Pertahanan yang akan digunakan untuk pelatihan Komponen Cadangan.

Juru Bicara Menteri Pertahanan, Dahnil Anzar Simanjuntak saat dihubungi melalui pesan singkat mengamini pelatihan Komcad untuk gelombang awal merekrut 2.500 orang, dari yang semula 25 ribu Komcad.

Kata dia, fokus utama pelatihan kali ini hanya untuk Matra Darat dengan sasaran spesifik beberapa lembaga.

"Fokus untuk ASN, Pegawai BUMN/S dan Mahasiswa dulu," kata Dahnil.

Berdasarkan PP3/2021, setiap warga negara Indonesia berhak ikut mendaftar untuk mengikuti pelatihan Komcad dengan syarat turunan lainnya.

Meski begitu, tak ada unsur paksaan bagi warga mendaftar Komcad. Semua dilakukan atas kesadaran sendiri, dan dipastikan berbeda dengan Wajib Militer yang menekankan unsur wajib bagi warganya.

Kemenhan menargetkan pembentukan Komcad di paruh pertama sebanyak 35 batalyon atau sebanyak 25 ribu prajurit. Pembentukan Komcad ini sesuai dengan amanat UU No 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara.

(bmw)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK