Sejumlah pengendara terekam dalam video viral di media sosial usai memaki petugas di titik penyekatan selama masa larangan mudik Lebaran. Umumnya, para pengendara itu keberatan karena menolak diputar balik oleh petugas kepolisian.
Terbaru, dua orang memaki bernama Hesti dan Raminto memaki petugas di pos penyekatan Bogor-Sukabumi. Lantaran menolak diputar balik, keduanya melontarkan umpatan kepada aparat yang bertugas.
Sebelumnya seorang perempuan yang akan menuju Pantai Anyer, Sukabumi, juga memaki kasar kepada petugas saat diminta putar balik. Kedua kasus itu berujung dengan permohonan maaf kepada petugas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosiolog Universitas Gajah Mada Sunyoto Usman menilai, aksi pemudik memaki petugas di pos penyekatan dipicu hasrat pulang kampung yang sangat tinggi imbas larangan mudik Lebaran.
Usman menjelaskan, warga mengalami kejenuhan akibat banyak pembatasan aktivitas termasuk larangan mudik. Oleh karena itu, warga pun memilih nekat mudik demi menghilangkan rasa jenuh.
"Kan tahun lalu juga ada pelarangan. Jadi, memang hasratnya itu tinggi [untuk mudik] karena selama pandemi mereka enggak bisa pulang. Mungkin juga bagian dari kejenuhan berada di kota," ucap Usman kepada CNNIndonesia.com, Senin (17/5).
Faktor lain, ia menduga warga kesal karena sudah berencana mudik sejak jauh hari namun justru dilarang oleh pemerintah. Akibatnya emosi pun memuncak saat diminta putar balik oleh petugas.
"Mungkin juga jauh sebelum ramadan sudah ada ancang-ancang untuk mudik kemudian terhalang itu jadi emosi ya," katanya.
![]() |
Sementara itu Sosiolog Universitas Andalas Indradin melihat fenomena nekat mudik didasari motif ingin mengaktualisasi diri dan janji sosial. Padahal sehari-hari, kecil kemungkinan warga berani melawan petugas.
"Mereka kesehariannya tidak berani melawan petugas, tapi karena ada janji sosial maka keinginan mereka terhalang petugas," ucapnya.
Jika dilihat dari perspektif hukum, perbuatan itu melanggar hukum. Namun akibat janji sosial itu yang membuat warga nekat mudik hingga melawan petugas.
Janji sosial ini adalah rutinitas yang biasa dilakukan saat Lebaran seperti memberikan infak hingga ziarah kubur.
"Ulama bilang doa tidak ada jarak. Namun bagi mereka tanpa datang [ziarah] ke kuburan dianggap kurang lengkap merayakan Lebaran," ucap dia.
(yla/psp)