Puput bercerita para pegawai diminta masuk ke ruangan yang telah ditentukan. Di ruangan itu terdapat satu sampai dua asesor yang mewawancarai pegawai KPK. Para asesor tak ada yang mengenalkan diri.
Menurutnya, karena tes dilakukan bergilir, pegawai KPK ada yang mengetahui lebih awal isi pertanyaan saat wawancara dari pegawai yang lebih dahulu menjalani tes tersebut.
"Rata-rata pada cerita soal ada tuh yang keluar cerita soal dia ditanya soal; kenapa umur di atas 30 belum menikah? terus, masih ada hasrat atau tidak? Lalu dituduh, jangan-jangan LGBT?" ujar Puput.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terus ditanya, 'ya udah mau jadi istri kedua saya enggak? Nikah sama saya mau enggak?' Terus di ujungnya dia dengan mudah ngomong; 'eh mbak, jangan diambil hati ya tadi saya cuman bercanda'," katanya menambahkan.
Puput menyebut pertanyaan seperti itu jika dipetakan diterima oleh pegawai yang bekerja di bagian administrasi dan para pegawai tidak tetap. Namun, ia mengaku juga menerima pertanyaan yang tak masuk akal.
"Pertanyaan yang agak aneh ada dua, 'mau terima donor darah dari agama lain atau enggak?' dan ngucapin hari raya ke umat agama lain atau enggak?' Itu yang aku dapat," ujar Puput.
Hal serupa diungkap penyidik KPK Novel Baswedan. Menurutnya, sejumlah pertanyaan saat tes wawancara melecehkan perempuan. Seperti pertanyaan apakah mau melepas jilbab.
Salah seorang asesor bahkan menyatakan apabila tak mau melepas jilbab, pegawai KPK perempuan itu egois dan tak mau memilih kepentingan negara.
"Mana ada kepentingan negara yang harus memerintahkan perempuan membuka jilbab dan tidak ada aturannya, tidak ada yang melarang, dan harusnya diapresiasi karena dalam rangka ketaatan menjalankan ibadahnya," ujar Novel kepada CNNIndonesia.com.
Novel mengatakan pertanyaan-pertanyaan dalam tes ini juga tak meyakinkan. Ia mengaku sudah beberapa kali mengikuti tes serupa, seperti saat masuk Akabri dan menjadi pegawai tetap KPK. Dari tes tersebut, Novel mengaku tak ada masalah.
"Dan kawan-kawan yang lain juga banyak begitu. Terus kemudian ketika distigmakan seolah-olah ada masalah, itu kan justru tuduhan yang serius ya," katanya.
Novel menjadi pegawai tetap KPK setelah memutuskan keluar dari Polri pada 2012 lalu. Ia kini menjadi salah satu pegawai yang tak lolos untuk beralih menjadi ASN. Novel menduga ada upaya sistematis untuk menyingkirkan pegawai KPK yang berintegritas dan bekerja sungguh-sungguh dalam memberantas korupsi.
Penyidik KPK yang kehilangan satu matanya itu tak habis pikir pegawai KPK yang memiliki prestasi seperti mantan Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antar-Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK Sujanarko juga ikut dicap 'merah'. Menurutnya, Sujanarko merupakan sosok yang dihormati pegiat antikorupsi dalam dan luar negeri.
Selain itu, Sujanarko juga pernah mendapat penghargaan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, lewat tes ini Sujanarko dicap tak memiliki wawasan kebangsaan dan anti-Pancasila.
"Oleh karena itu saya dan kawan-kawan melaporkan perilaku-perilaku itu ke Komnas HAM, Komnas Perempuan, juga ke Ombudsman, akan ditelusuri, Karena orang-orang punya motif seperti itu jangan diberi kesempatan untuk bisa berbuat di kemudian hari, dan tidak boleh juga dimaklumi," ujar Novel.
Cuci Tangan Pimpinan KPK...