Buku Karl Marx Ragam Kejanggalan Pegawai KPK Lolos TWK

CNN Indonesia
Rabu, 02 Jun 2021 09:01 WIB
Penyidik KPK yang dinyatakan memenuhi syarat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) mengungkapkan kejanggalan dalam pelaksanaan tes wawasan kebangsaan (TWK).
Penyidik KPK Wahyu Prestianto menilai TWK menjadi alat untuk menyingkirkan orang-orang tertentu di KPK. Ilustrasi (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dinyatakan memenuhi syarat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) mengungkap kejanggalan dalam pelaksanaan tes wawasan kebangsaan (TWK).

Wahyu Prestianto misalnya. Ia menilai materi dalam tes tersebut tidak mencerminkan wawasan kebangsaan lantaran memuat pertanyaan-pertanyaan yang cenderung mengarah kepada privasi pegawai.

Ia menceritakan rangkaian proses pelaksanaan TWK yang merupakan agenda dari KPK bekerja sama dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN). Mulai dari tes tertulis hingga wawancara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahyu yang bergabung dengan KPK sejak tahun 2005 ini menyebut suasana sempat cair saat awal pelaksanaan tes mengisi kuesioner yang diberikan oleh asesor dari Dinas Psikologi TNI AD.

"Lalu dia menjelaskan tes ini sifatnya asesmen, tidak ada benar-salah. Di situ kita ngeledekin mereka, 'iya enggak ada benar-salah, cuma yang dicari jawabannya pas atau enggak'. Mereka ketawa," kata Wahyu saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Sabtu (29/5).

Wahyu mengatakan asesor juga meminta pegawai KPK tak perlu bingung mengisi kuesioner. Ia mengaku tak ada masalah dalam mengisi pilihan ganda.

Namun, Wahyu tak menyangka saat menerima soal tertulis perihal Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab, Organisasi Papua Merdeka (OPM), komunisme, hingga Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).

Ia mulai merasa aneh dengan tes ini ketika masuk tahap wawancara. Menurutnya, para asesor tak ada yang mengenalkan diri, siapa dan dari instansi mana. Asesor juga tak menjelaskan apakah wawancara tersebut direkam atau tidak.

Selain itu, kata Wahyu, pewawancara acap kali mengarahkan pertanyaan ke hal yang tak terkait dengan wawasan kebangsaan. Misal, pertanyaan mengenai pengalaman melawan Ketua KPK, Firli Bahuri. Wahyu juga ditanya apakah pernah melawan perintah atasan. Ia menjawab tidak pernah, tetapi sering kali mempertanyakan perintah pimpinan.

Ia dicecar terkait tindakan mempertanyakan sikap Firli saat menjabat Deputi Penindakan KPK. Saat itu Firli tak menyetujui orang tertentu dalam hal ini staf menteri diperiksa sebagai saksi.

"Saya sih enggak pernah [melawan perintah], tapi saya memang mempertanyakan perintah. Waktu itu ada surat panggilan kemudian enggak boleh tuh orang dipanggil. Saya nanya kenapa enggak boleh, padahal kesaksian orang ini dalam perkara yang kita tangani itu perlu," ujarnya.

"Cuma kaitannya dengan wawasan kebangsaan apa coba? apakah itu bisa dibilang benar-salah lalu saya lulus terus teman-teman yang bersama saya jadi enggak lulus? Kan enggak masuk, ya," lanjutnya.

[Gambas:Video CNN]

Tak hanya itu, menurut Wahyu, asesor bahkan sampai mengejar pertanyaan terkait aksi penutupan Gedung KPK dengan kain hitam. Wahyu menjelaskan bahwa dirinya pernah terlibat dalam kegiatan penutupan gedung lama KPK dengan kain hitam. Aksi itu terjadi sebelum Firli bekerja di KPK.

"Jadi dia bilang, 'ini kan karena terkait pak Firli, kan?' Saya bilang saya enggak tahu Pak Firli dinas di mana. Karena itu seingat saya kegiatan penutupan gedung karena mau bikin aksi untuk menolak revisi UU [KPK] pertama'," kata Wahyu.

"Ini diarahin melawan pimpinan. Cuma pimpinannya terus disebut Pak Firli," ujarnya menambahkan.

'Kuliah' Soal Karl Marx...

Materi Pancasila Hanya Satu Soal di TWK

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER