RSUD soal Efek Varian Corona di Bangkalan: Masih Diteliti

CNN Indonesia
Kamis, 10 Jun 2021 19:24 WIB
Ilustrasi penanganan virus corona. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan Nunuk Kristiani menyebut sejauh ini pihaknya belum bisa memastikan kaitan varian mutasi virus SARS-CoV-2 dengan ledakan kasus Virus Corona (Covid-19) di Bangkalan, Jawa Timur, dalam sepekan terakhir.

"Yang terjadi di Bangkalan ini sampai sejauh ini belum ada hasil yang pasti untuk penyebabnya, apakah virus mutasi atau bukan, ini masih dalam penelitian," kata Nunuk dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Lawan Covid19 ID, Kamis (10/6).

Nunuk sekaligus menginformasikan pemberitaan anyar mengenai ditemukannya varian B117 itu sejatinya merupakan kasus yang sudah tertangani. Sehingga sampai saat ini belum bisa dipastikan ledakan kasus disebabkan oleh varian asal Inggris tersebut.

Sebelumnya, beredar kabar bahwa mutasi itu ditemukan dari sampel warga Bangkalan yang terjaring pada saat masa penyekatan di Jembatan Suramadu, baru-baru ini.

"Yang varian Inggris itu berasal dari PMI ya, TKI yang berasal dari luar negeri yang datang, tapi itu sudah diisolasi, dan sudah swab negatif tiga kali dan dinyatakan sembuh lalu kembali ke rumah," kata dia.

Lebih lanjut, Nunuk menyebut salah satu faktor penyebab lonjakan kasus karena tingkat kesadaran warga di Bangkalan akan protokol kesehatan masih sangat rendah. Selain itu, banyak muncul klaster keluarga pascalebaran.

Untuk itu, Nunuk sekaligus berpesan kepada masyarakat untuk tetap waspada akan penularan virus corona di Tanah Air. Ia mengingatkan bahwa virus menyebar melalui mobilitas warga, sehingga ia meminta warga untuk menahan diri bepergian dalam tujuan yang tidak esensial.

Nunuk juga meminta warga untuk tetap patuh terhadap protokol kesehatan 3M dimanapun berada. Adapun 3M yang dimaksud adalah memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Terpisah, Bupati Kudus HM Hartopo menyebut salah satu penyebab ledakan kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, lantaran banyak masyarakat yang sudah menerima suntikan vaksin kemudian menjadi merasa kebal virus corona.

Hartopo juga menilai tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan di Kabupaten Kudus juga cenderung mengalami penurunan.

"Lonjakan di Kudus sebenarnya banyak faktor, salah satunya vaksinasi. Vaksinasi ini menjadikan masyarakat abai protokol kesehatan, tidak disiplin, karena menganggap setelah divaksin masyarakat itu antivirus," kata Hartopo dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Lawan Covid19 ID, Kamis (10/6).

Tak hanya itu, Hartopo menyebut pergerakan warga pascalebaran juga mengalami peningkatan. Ia menyebut tradisi religi seperti ziarah kubur, anjangsana dan silaturahmi di Kabupaten Kudus masih menjamur. Selain itu, banyak pengelola wisata tidak mematuhi kapasitas pembukaan tempat wisata sewaktu larangan mudik berlangsung.

Lebih lanjut, Hartopo menyebut saat ini perkembangan kasus di wilayahnya sudah cukup terkendali. Mayoritas warga menjalani isolasi mandiri dengan pengawasan ketat dari petugas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro.

Ia juga mengatakan kurang lebih 400 warga Kudus kini diboyong ke Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah untuk menjalani karantina mandiri.

"Kudus sekarang agak melandai karena isolasi," kata dia.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito sebelumnya menyebut Kabupaten Kudus masuk kategori daerah penyumbang kasus terbanyak di Indonesia dalam sepekan terakhir, sebab Kudus mengalami kenaikan kasus hingga mencapai 7.594 persen.

Imbas kondisi itu, ratusan tenaga kesehatan di Kabupaten Kudus juga terpapar virus corona. Data Dinas Kesehatan Kudus per 4 Juni 2021 mencatat 358 orang tenaga kesehatan terinfeksi covid-19.

Selain itu, keterisian tempat tidur rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) di Kudus juga sudah penuh. Imbasnya, pasien covid-19 di Kabupaten Kudus dirujuk ke Salatiga dan Semarang.

(khr/frd/wis)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK