Suhendar dan para sopir kontainer lainnya seperti "sudah jatuh ditimpa tangga" jika berada di pelabuhan. Selain diminta sejumlah uang oleh petugas, ia dan rekannya kerap didatangi sekelompok asmoro, sebutan untuk preman yang memalak sopir truk.
Para asmoro mendekat ketika truk-truk kontainer terjebak macet. Menurut Suhendar, kemacetan tersebut juga tak terlepas dari ulah petugas pelabuhan yang melambatkan operasional bongkar muat.
"Kadang-kadang pelabuhan NPCT yang bikin ulah, NPCT itu kadang-kadang lelet operator-operatornya, kebanyakan istirahat. Kan dibikin macet sama dia," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhendar menyebut para asmoro itu kerap meminta uang Rp5.000 kepada para sopir secara paksa. Mereka kadang membawa senjata berupa beceng atau senjata tajam seperti pisau.
Preman-preman ini datang secara berkelompok, jika sopir menolak mereka akan berteriak memanggil preman yang lebih besar.
"Kadang-kadang kalau dia mintanya goceng (Rp5.000), kadang nambah lagi. Jadi 10 (ribu), enggak tahunya masih kurang, jadi nambah lagi," katanya.
Hal yang sama juga dikeluhkan oleh salah seorang sopir truk kontainer peti kemas, Budi (bukan nama sebenarnya). Budi menyebut para asmoro langsung menghampiri truk-truk yang terjebak macet. Mereka pun naik ke atas kemudi sembari meminta sejumlah uang.
"Yang ngeri kalau udah macet gitu asmoro juga pada muncul. Preman-preman kayak gitu yang suka naik mobil, minta-mintain sopir," kata Budi.
Menanggapi ini, Polres Metro Jakarta Utara mengaku telah menindak 291 pelaku pidana premanisme dan jalanan sepanjang Maret-Mei 2021.
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Guruh Arif mengatakan tidak semua dari 291 orang tersebut dijerat hukum.
"Yang tidak memenuhi unsur pidana akhirnya kita serahkan pada Dinas Sosial untuk dilakukan pembinaan," kata Guruh saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Senin (14/6).
Guruh menyebut para preman ini kadang beraksi seorang diri. Mereka juga membawa senjata tajam. Namun, ada juga pengamen yang meminta uang kepada sopir secara paksa.
"Kalau kena sajam bisa langsung pidana dia," ujar Guruh.
Guruh mengklaim pihaknya secara rutin menggelar operasi premanisme di Pelabuhan Tanjung Priok. Pihaknya pun meningkatkan intensitas patroli dan pengamanan serta menambah jumlah personel di kawasan tersebut.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menindak preman dan pelaku pungli yang kerap meminta sejumlah uang kepada sopir kontainer di kawasan pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara.
"Banyak keluhan dari para driver kontainer yang berkaitan dengan pungutan liar, pungli, di Fortune, di NPCT1, kemudian di Depo Dwipa," kata Jokowi dalam video yang diunggah di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (10/6).
Sopir-sopir itu mengeluhkan biaya bongkar muat sebesar Rp15 ribu saat mengurus dokumen. Selain itu, mereka juga kerap dipalak kelompok preman dengan senjata tajam saat mengantre di pelabuhan.
"Kalau pas macet, itu banyak driver-driver yang dipalak sama preman-preman. Ini tolong bisa diselesaikan," ujar Jokowi.
(fra/iam/fra)