IDAI Dukung PTM Jika Positivity Rate di Bawah Lima Persen

CNN Indonesia
Sabtu, 26 Jun 2021 14:45 WIB
Kemendikbud tetap akan menggelar PTM mulai Juli mendatang di zona-zona hijau. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta agar pembelajaran tatap muka (PTM) ditunda seiring situasi pandemi Covid-19 yang tengah melonjak. Sikap ini telah diambil IDAI sejak April lalu.

"Untuk saat ini anak jangan dulu kembali ke sekolah, ke tempat umum, atau kerumunan, " kata Ketua Umum IDAI Aman B. Pulungan, dalam sebuah diskusi virtual yang disiarkan di kanal Youtube Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI), Sabtu (26/6).

Menurut Aman, IDAI baru akan mendukung pelaksanaan PTM apabila positivity rate di bawah 5 persen dan tingkat kematian menurun. Positivity rate sendiri merupakan ukuran seberapa banyak orang yang terinfeksi dalam satu populasi. Angka ini didapatkan dari jumlah kasus positif dibagi dengan jumlah tes PCR. 

Per kemarin, positivity rate mencapai 50 persen, atau sepuluh kali lipat lebih tinggi dari harapan IDAI. Selain itu, angka kematian juga terus meningkat.

Aman juga menyebut bahwa anak memiliki potensi terinfeksi Covid-19 yang sama dengan orang dewasa. Sementara, dalam pelaksanaan PTM, meski hanya berlangsung dua jam, tetap ada peluang terjadi transmisi.

"Waspadai mutasi virus, terutama varian Delta, terbukti lebih menular dan menimbulkan gejala berat pada usia lebih muda," kata Aman mewanti-wanti.

IDAI juga menyatakan masih ada masalah dalam penerapan disiplin pakai masker untuk anak, terutama di luar lingkungan sekolah. 

"Make masker di bawah hidung, Apa itu? Orang tua kayak begitu juga, terus pakai rantai juga maskenrya. Kemudian masker yang berkali-kali dipakai. Itu tidak boleh," protesnya.

Sementara, kata Aman, World Economic Forum menyebut bahwa kebanyakan anak usia sekolah di masyarakat negara dunia ketiga atau negara berkembang seperti Indonesia, tinggal dalam satu rumah dengan lansia.

Di sisi lain, hasil survei IDAI juga mengungkap bahwa 66 persen masyarakat Indonesia tinggal bersama dengan balita dan lansia. Dua kelompok ini rentan terpapar Covid-19.

"Penelitian baru menunjukkan menunda pembukaan sekolah dapat menyelamatkan nyawa," kata Aman mengutip World Economic Forum.

Selain itu, menurut Aman, anak-anak sekolah juga bisa terkena Long Covid-19. Saat mereka masuk sekolah tanpa melakukan tes swab PCR terlebih dahulu, orang tua dan guru tidak mengetahui apakah mereka terpapar Covid-19 atau tidak. Gejala Long Covid-19 akan terlihat 6-8 bulan kemudian.

"Nanti 6 sampai 8 bulan lagi dapatlah kita anak-anak rontok rambutnya, loyo, sesak, sulit kosentrasi. Terus nyeri otot, tidak bisa tidur. Ini Long Covid," kata Aman.

Sebelumnya, Mendikbud Ristek Nadiem Makarim meminta agar PTM dilaksanakan pada Juli mendatang, pada zona hijau. Kebijakan ini justru diambil saat kasus melonjak pasca-libur lebaran.

Menurut Nadiem, tidak ada tawar menawar untuk pendidikan. Ia berdalih masa depan Indonesia sangat bergantung pada sumberdaya manusia.

"Tidak ada tawar-menawar untuk pendidikan, terlepas dari situasi yang kita hadapi," kata Nadiem dalam acara yang disiarkan YouTube Kemendikbud RI, Rabu (2/6).

(iam/vws)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK