PPNI Sebut 1.000 Lebih Perawat Positif Covid, 29 Meninggal
Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadillah meyakini 1.000 lebih perawat positif terinfeksi virus corona (Covid-19) sejak libur Lebaran, Mei 2021.
Harif menyebut dalam sistem pemantauan baru tercatat 400 orang yang terpapar Covid-19. Namun, sistem ini bergantung pada perawat yang mengisi data secara sukarela.
"Tapi saya yakin itu bisa lebih dari 1000. Kenapa? Karena banyak yang tidak mengisi," kata Harif saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (30/6) siang.
Harif mengatakan hingga saat ini organisasi profesinya belum memiliki data jumlah perawat terpapar Covid-19 secara pasti. Berdasarkan peninjauan yang ia lakukan, jumlah rata-rata perawat yang terinfeksi Covid-19. ini mencapai 20-30 persen.
"Jadi saya katakan tidak bisa pastinya berapa, saya katakan bisa lebih dari 1.000," ujarnya.
Pihaknya juga mencatat, sejak libur lebaran pada Mei lalu hingga 29 Juni, terdapat 29 perawat yang meninggal karena Covid-19. Angka ini belum dijumlahkan dengan perawat yang meninggal dalam 24 jam terakhir.
Kelelahan Fisik dan Mental
Selain nakes yang terpapar Covid-19 dan meninggal, para perawat juga sedang mengalami kelelahan fisik dan mental selama dua minggu terakhir. Hal ini seiring lonjakan kasus positif Covid-19 yang membuat sejumlah rumah sakit mengalami kelebihan kapasitas.
Menurut Harif, gambaran keadaan perawat saat ini bisa dilihat dari rumah sakit yang mengalami overload. Mulai dari ruang instalasi gawat darurat (IGD) digunakan sebagai ruang perawatan, rumah sakit yang membangun tenda darurat.
Kemudian pasien yang terpaksa dirawat selama berjam-jam di halaman, hingga menolak pasien karena seluruh sarana terpakai.
"Tenaga kesehatan dan fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes) kan satu kesatuan. Makin tinggi beban Fasyankes itu makin tinggilah beban kita, beban tenaga kesehatan," kata Harif.
Dalam dua minggu terakhir, perawat yang biasanya hanya menangani 10 pasien dalam sehari, kini harus menangani sekitar 30-40 pasien.
Beban fisik ini tidak terlepas dari banyaknya tenaga medis yang terpapar Covid-19 sehingga harus menjalani isolasi mandiri ataupun meninggal. Akibatnya, beban kerja nakes lainnya di lapangan bertambah.
Di sisi lain, para nakes juga mengalami beban mental karena tidak bisa menolong banyak pasien. Naluri yang dimiliki para nakes, kata Harif, adalah naluri menolong. Saat mereka melihat banyak pasien yang tidak mendapatkan perawatan memadai, mereka merasa begitu terbebani.
"Kita sebenarnya sedih melihat pasien-pasien yang di pelataran, di tenda, nunggu antri lama. Itu menambah beban mental kita sebenarnya. Itu saya kira kondisinya dalam dua minggu ini," ujar Harif.
Sebelumnya, Satgas Covid-19 menyatakan Indonesia telah memasuki gelombang kedua pandemi Covid-19. Hal ini ditandai dengan melonjaknya kasus positif harian hingga menyentuh rekor 21.342 kasus pada Minggu (27/6).
Satgas Cevid-19 juga mencatat bahwa kasus positif ini telah melampaui lonjakan yang sempat terjadi pada Januari lalu. Saat itu, laju penularan Covid-19 dalam sepekan mencapai 89.902 kasus. Sementara, dalam sepekan ini, jumlah kasus mencapai angka 125.396.
"Hal ini menandakan second wave atau gelombang kedua kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dikutip dari situs Satgas Covid-19, Rabu (30/6).
(iam/fra)