Inisiator gerakan Sambatan Jogja (Sonjo) Rimawan Pradiptyo menyatakan, pernyataan sikap tersebut bukan wujud mengalah pada keadaan. Relawan tak pernah mengaku menyerah.
"Kami cuma mengatakan, situasinya sudah sedemikian genting. Maka dibutuhkan pemerintah yang memimpin di depan karena kami tak punya otoritas," katanya saat dihubungi.
Semisal, lanjut Rimawan, pendirian rumah sakit lapangan yang sifatnya darurat jelas merupakan otoritas pemerintah. Termasuk aktivasi shelter terpusat atau pun penambahan lahan pemakaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kami bantu buat shelter, melobi pemilik gedung, nggak ada masalah. Tapi kalau kemudian kebijakan antar kabupaten berbeda, belum lagi dari provinsi itu kami belum melihat ada affirmative action, misalkan untuk buat shelter atau rumah sakit lapangan," katanya.
"Kalau ini kami tabrak, akan jadi konflik horizontal," tambahnya.
Kata Rimawan, para relawan turut berharap kepada para politisi di DPR/DPRD dan partai politik untuk menyingkirkan sejenak kepentingan politik pragmatis jangka pendek dan lebih fokus pada penyelamatan kemanusiaan dan nasib bangsa.
"Nuwunsewu lho, saya itu heran aja, saat ini mengapa orang sibuk bicara (Pemilu) 2024, sementara kita belum tentu survive untuk satu dua bulan lagi," tegasnya.
Terpisah, Sekretaris Gusdurian Peduli Mukhibullah Ahmad menyebut lonjakan kasus harian dan kematian ini tak terlepas dari kebijakan pemerintah terkait pengendalian Covid-19 yang terkesan tak tegas dan labil.
"Ya pasti itu, apa yang dilakukan pemerintah itu harusnya kendali utama. Masyarakat sipil itu kan support kerja pemerintah, tapi justru gerakannya malah lebih besar dari pemerintah," katanya saat dihubungi.
Langkah taktis nan strategis pemerintah, kata dia, harus disegerakan. Meski tak pernah menutup tangan untuk segala tugas kemanusiaan, bagi Mukhib, relawan tetap manusia biasa dengan tanggungjawab lain yang harus tetap dipenuhi.
Selama ini para relawan bekerja secara sukarela, bahkan sampai harus membagi waktunya dengan keluarga.
"Ya gimana mas, bekerja 1,5 tahun dan bukan Covid aja yang kita tangani. Ada banjir, gempa bumi, dan sebagainya. Yang keluar tidak cuma tenaga tapi juga pikiran. Tapi kok ya pemerintah seperti masih bingung mau apa, harus koordinasi dengan provinsi, pusat, malah mbingungke. Kondisi darurat kok," tandasnya.
Terbaru, sejak 24 Juni lalu kasus positif terbaru yang terdata saban harinya tembus di angka 20ribuan. Pada Rabu (30/6), tembus rekor harian positif yakni tambahan 21.807 kasus baru Covid-19.
Dengan demikian total positif Covid-19 di Indonesia kini menjadi 2.178.272 orang. Dari jumlah akumulatif per hari ini total yang telah dinyatakan sembuh ada 1.880.413 atau tambah 10.807 dan meninggal 58.491 atau tambah 467.
(mts/kum/pris)