Kemampuan pemeriksaan sampel Covid-19 di belasan laboratorium Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih jauh dari target testing yang ditentukan Kementerian Kesehatan yakni 10 ribu per hari selama pelaksanaan PPKM darurat.
Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie menyebut, 17 laboratorium se-DIY sejauh ini baru mampu menguji maksimal sekitar 4 ribu sampel per hari.
"Kapasitas ada mungkin sekitar 4 ribuan, dengan catatan kalau optimal semua," kata Pembajun melalui sesi konferensi pers secara daring, Senin (5/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembajun berujar kapasitas pemeriksaan spesimen menjadi tak maksimal karena sejumlah faktor seperti yang terjadi sekarang ini. Seperti kerusakan pada mesin ekstraksi otomatis milik lab, serta banyak petugas terpapar Covid-19.
"Oleh karena itu, kita berupaya merekrut lagi laboratorium lain yang bisa dikerjasamakan. Kita melihat ada kemungkinan itu," bebernya.
Namun upaya dari Dinas Kesehatan itu pun sebenarnya juga terbatas. Perekrutan sulit dilakukan kepada laboratorium milik swasta karena kapasitas mereka yang tak mencakup pemeriksaan hasil tracing kontak.
"Kalau swasta ini kan karena testing-nya yang mandiri," ungkapnya.
Di DIY saat ini ada 9 laboratorium pengujian sampel Covid-19 yang dikelola oleh swasta, 6 milik pemerintah, dan 2 lainnya kewenangan TNI/Polri.
![]() |
Sementara peningkatan testing minimal mencapai 1/1.000 penduduk setiap pekannya, hingga positivity rate mencapai kurang dari 5 persen. Testing mencakup suspek bergejala dan kontak erat.
Adapun target testing per hari di setiap provinsi antara lain, DKI Jakarta sebanyak 120 ribu orang; DIY 10 ribu orang; Jawa Tengah 80 ribu orang; Jawa Barat 100 ribu orang; Bali 5 ribu orang; Banten 25 ribu orang; dan Jawa Timur 70 ribu orang.
Sementara, untuk mengejar target testing pihaknya akan menggerakkan seluruh komponen di luar elemen kesehatan. Babinsa dan Bhabinkamtibmas dilibatkan guna menggencarkan tracing sehingga testing bisa meningkat.
Selanjutnya, mengkombinasikan sampel hasil tes antigen pada spesimen hasil pengujian polymerase chain reaction (PCR).
"Bukan menstubtitusi testing menggunakan PCR, tapi dia (antigen) pendamping. Karena pada skenario darurat kita bisa menggunakan bahwa hasil tracing kalau bukan kontak erat bisa menggunakan antigen," tuturnya.
Terpisah, Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta, Irene menyebut dari seluruh laboratorium yang dioperasikan di DIY, BBTKLPP adalah unit dengan kapasitas pengujian paling besar. Meski hanya sepersepuluh target Kemenkes.
"Kami lab dengan kapasitas paling besar saat ini, lebih dari seribu (pengujian) sehari," imbuh Irene melalui pesan WhatsApp, Senin.
Namun, Irene enggan untuk merinci kemampuan pengujian sampel laboratorium lainnya.
"Kapasitas masing-masing lab berbeda-beda," katanya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo menyebut wilayahnya ditarget Kemenkes untuk melakukan testing sebanyak 2.712 sepanjang masa PPKM darurat.
"Sebelum ini kami seminggu sekitar 1.700 testing, atau lebih dari standar WHO 1 per 1000 penduduk dlm seminggu," kata Joko lewat pesan WhatsApp.
Kata Joko, 1.700 sampel sudah termasuk spesimen hasil pengujian tes antigen.
"Tapi mulai 28 Juni kami mengandalkan tes antigen karena semua lab PCR overload. Hasilnya lama, lebih dari seminggu," ucapnya.
Selama ini pihaknya menyerahkan pengujian ribuan sampel tersebut kepada 4 laboratorium. Meliputi, BBTKLPP; Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM; Balai Laboratorium Kesehatan dan Kesehatan (BLKK) Dinkes DIY, dan RSUD Sleman.
(kum/psp)