PT Bio Farma (Persero) selaku produsen dan distributor vaksin Covid-19 di Indonesia menyebut pemberian vaksin booster atau suntikan ketiga boleh diberikan dengan vaksin merek berbeda.
Contohnya, dosis satu dan dua Sinovac, maka dosis ketiga bisa jadi diberikan vaksin lain seperti Pfizer.
Namun demikian, Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, wacana pemberian booster vaksin di Indonesia masih menunggu hasil uji klinis III dan kajian Badan Kesehatan Dunia (WHO).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan hasil uji klinis dan apa yang kita yakini sekarang, vaksin 1 dan 2 itu harus sama. Beda lagi dengan vaksin ketiga yang sifatnya booster, itu boleh berbeda," kata Honesti dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI yang disiarkan secara daring melalui kanal YouTube DPR RI, Rabu (7/7).
Honesti sekaligus menegaskan bahwa ketetapan itu sesuai dengan hasil uji klinis oleh Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Unpad dan pantauan dari WHO. Ia juga menekankan bahwa pemberian dosis pertama dan kedua harus sama.
"Vaksin 1 dan 2 harus sama selama pemberian dua dosis. Kita ketahui hampir sebagian besar vaksin yang ada di dunia ini diberikan dua dosis," kata dia.
Namun demikian, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) sempat menyarankan agar pemberian booster menggunakan merek vaksin virus corona yang sama pada saat pemberian dosis satu dan kedua.
Apabila tidak tersedia dalam merek yang sama di saat itu, maka Papdi menyarankan agar pemberian booster tetap menggunakan vaksin dengan platform yang sama. Misalnya jenis inactivated dengan inactivated.
Senada, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih sebelumnya juga menyarankan agar pemberian booster menggunakan merek vaksin yang sama.
Daeng sekaligus merekomendasikan tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat serta masyarakat diberikan booster.
Daeng mengaku rekomendasinya itu dilatarbelakangi beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa antibodi vaksin Covid-19 yang beredar saat ini hanya berkisar di kurun waktu enam bulan.
Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi memastikan hingga saat ini Kemenkes masih menunggu rekomendasi dari hasil uji penelitian Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait wacana pemberian booster itu. Ia menegaskan saat ini pemberian vaksin hanya dua dosis.
(khr/psp)